Senin 18 Aug 2025 10:36 WIB

Makna HUT RI ke-80, Driver Ojol: Dapat Uang Cukup tanpa Harus Narik dari Pagi Sampai Sore

Sopir Transjakarta berharap dapat gaji tetap di. HUT RI ke 80 ini.

Rep: Mg162/ Red: Teguh Firmansyah
Driver ojek online mengantarkan penumpang.
Foto: Mg162
Driver ojek online mengantarkan penumpang.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi sebagian orang, kemerdekaan identik dengan upacara bendera, lomba tujuh belasan, dan pawai obor atau perayaan meriah lainnya. Namun, bagi mereka yang menghabiskan hari-harinya di balik setir kendaraan, arti kemerdekaan terasa lebih sederhana dan personal.

Di Terminal Blok M, Muhadjir (47), sopir TransJakarta, tengah beristirahat sejenak sebelum bus yang dibawanya berangkat kembali. Seragam putihnya tampak sedikit basah oleh rintik gerimis siang itu.

Baca Juga

“Buat saya, merdeka itu bisa kerja dengan gaji tetap,” ujarnya.

Muhadjir sudah 12 tahun mengemudi bus kota.

Ia bersyukur karena pekerjaannya relatif stabil, namun keseharian di jalan yang penuh risiko membuatnya merasa kemerdekaan yang dirasakan masih setengah hati.

Gimana ya, jalanan masih macet jadi belum merdeka. Apalagi masih banyak yang nekat masuk jalur busway, padahal itu buat bus. Kita harus sabar, nggak bisa marah-marah, tapi ya kadang bikin kesel juga,” ucapnya sambil tertawa miris.

Di momen HUT ke-80 kemerdekaan Indonesia ini, Muhadjir punya harapan sederhana: ketertiban di jalan meningkat, aturan lebih tegas, dan transportasi umum makin dihargai. “Kalau semua tertib, kerjaan jadi lebih lancar, penumpang senang, dan saya pulang kerja nggak bawa pusing. Itu baru rasanya merdeka beneran,” katanya sambil tersenyum tipis.

Tak jauh dari situ, di bangku pinggiran jalan yang basah oleh gerimis, Rafli (36) memeriksa ponselnya, menunggu notifikasi orderan masuk. Jaket hijau ojek online yang dikenakannya terlihat mulai memudar warnanya, tanda setia menemani pekerjaannya selama lima tahun terakhir.

“Buat saya, merdeka itu ya ketika banyak orderan, dan bisa bawa pulang uang yang cukup tanpa harus narik dari pagi sampai malam,” ujarnya.

Bagi Rafli, kemerdekaan yang ideal bukan hanya soal jumlah penumpang, tetapi juga perlindungan bagi para pekerja lapangan seperti dirinya. “Minimal ada jaminan kesehatan atau asuransi kecelakaan. Kalau ada apa-apa di jalan, kita nggak tanggung dan bingung sendirian. Jadi kalau negara bisa mikirin itu, rasanya kita bener-bener dilihat,” tuturnya.

Menjelang perayaan kemerdekaan tahun ini, Rafli berharap pemerintah lebih memperhatikan sektor informal yang jumlahnya besar dan berperan penting dalam perputaran ekonomi

. “Harapan saya, di usia 80 tahun kemerdekaan, negara bisa bikin kita lebih aman di jalan, nggak cuma soal lalu lintas, tapi juga keamanan finansial. Biar kita kerja nggak was-was,” tambahnya.

Bagi Muhadjir, Rafli, dan banyak pengemudi lain, kemerdekaan bukan sekadar bendera berkibar atau pesta rakyat. Ia adalah tentang rasa aman di jalan, pendapatan yang cukup, dan perlindungan saat risiko datang tanpa diduga, hal-hal yang masih mereka perjuangkan setiap hari di bawah langit Jakarta yang tak selalu cerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement