REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada klub Liga Primer Inggris yang didakwa atas pelanggaran Peraturan Keuntungan dan Keberlanjutan (PSR) untuk periode 2021-2024, meskipun Leicester City tetap berisiko sambil menunggu hasil dari kasus hukum yang sedang berlangsung.
Klub-klub yang telah melaporkan kerugian dalam dua tahun awal dari periode tiga tahun saat ini diwajibkan untuk menyerahkan akun mereka untuk musim 2023-24 ke Liga Primer paling lambat 31 Desember. Kerugian tidak boleh melebihi 105 juta poundsterling (Rp 2 triliun) selama periode tiga tahun, menurut aturan PSR liga.
Everton dan Nottingham Forest sama-sama dijatuhi sanksi musim lalu karena pelanggaran aturan PSR dan masing-masing dijatuhi hukuman delapan dan empat poin.
Leicester, yang promosi musim lalu dari Divisi Championship, tetapi saat ini berada di urutan ke-19 klasemen, terhindar dari pengurangan poin terhadap dakwaan pada bulan September yang berkaitan dengan tiga tahun hingga akhir musim 2022/23.
Banding klub terhadap dakwaan tersebut dikuatkan dengan dasar bahwa komisi independen yang memutuskan kasus tersebut tidak memiliki yurisdiksi karena periode akuntansi Leicester berakhir ketika klub telah terdegradasi ke kasta kedua.
“Masalah-masalah mengenai yurisdiksi Liga Primer atas Leicester City Football Club dalam kaitannya dengan kepatuhan PSR saat ini menjadi subjek dari proses arbitrase rahasia,” kata Liga Primer dan Leicester dalam sebuah pernyataan bersama pada Selasa.
“Oleh karena itu, baik Liga maupun klub tidak akan memberikan komentar lebih lanjut pada tahap ini tentang aspek apa pun dari kepatuhan klub atau sebaliknya terhadap PSR atau Peraturan terkait, kecuali untuk mengatakan bahwa tidak ada keluhan yang diajukan terhadap Leicester oleh Liga atas pelanggaran apa pun terhadap PSR untuk periode yang berakhir pada musim 2023/24.”
View this post on Instagram