REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Politikus PKS Tifatul Sembiring membantah spekulasi bahwa partai itu bersedih selepas kekalahan di Depok dan Jawa Barat versi hitung cepat. Menurut Tifatul dalam kontestasi pilkada ada yang menang dan ada yang kalah.
"Memang begitu, nggak ada 2 pemenang di satu titik pilkada. Santai aja tuh, nggak ada yang luar biasa namanya juga demokrasi, ya begitu," ujar Tifatul lewat kicauan di X, Jumat (30/11/2024) malam.
Tifatul pun tak menampik kemungkinan strategi kompetitor lebih baik. Oleh karena itu, hal tersebut akan menjadi pelajaran berharga dan evaluasi untuk persiapan pilkada berikutnya.
"Dan anehnya yang disorot adalah PKS, padahal hampir di seluruh titik pilkada yang diikuti PKS, kami berkoalisi dengan partai-partai lain. Tapi bagi pengamat dan penulis yang kurang dalam analisanya, ecek-cek, lebih gampang memojokkan PKS," ujar Tif.
Sebenarnya, kata ia, jika berpandangan lebih berimbang dan adil, memang di dua titik di atas (Depok dan Jabar) PKS belum sukses. Tapi hal ini bukan akhir segalanya. "Hari-hari akan dipergantikan diantara manusia," kata mantan Menkominfo itu.
Bahkan, kata ia, kalau sedikit agak fair, ternyata koalisi PKS untuk Pilgub di pulau Jawa hanya Jawa Barat yang kalah. Sementara Banten, Jateng dan Jatim, koalisi PKS menang. "Jakarta tunggu hasil realcount, dan ada kemungkinan 2 putaran."
"Saya sendiri, yang diberi amanah DPP PKS sbg koordinator pilkada di Sumbagut, Alhamdulillah menurut data hitung cepat, koalisi PKS menang di 4 pilgub dari 5 propinsi: Aceh, Sumut, Sumbar dan Kepri.
Dan yg kalah hanya di Riau."
Di Sumbagsel, jelas Tifatul, beberapa pilgub juga dimenangkan oleh koalisi PKS. Di antarnya seperti di Sumsel, Babel dan Lampung.
Ini belum diungkap di seluruh kabupaten kota.
"Sebagai contoh di Sumatera Barat saja, koalisi PKS menang di 12 titik pilkada," katanya.
"Belum lagi koalisi di Kalimantan, NTB, Sulawesi, Maluku, Malut dst. Jadi menyikapi hal ini, woles aja. Jangan lebay, pakai istilah runtuhlah dsb. Sabar saja bung… Insya Allah kita jumpa di pesta demokrasi 2029 nanti. Oke…"
Analisis Indikator
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator, Burhanuddin Muhtadi memandang, kekalahan PKS di Kota Depok sudah terdeteksi. Menurut Burhanuddin, calon dari PKS, Iman Budi Hartono sebelumnya merupakan calon kuat.
"Tapi sejak Anies gagal dicalonkan PKS di Jakarta, banyak pendukung Anies yang mengalihkan suara ke calon rival PKS," ujar Burhanuddin lewat kicauan di Twitter, kemarin.
Temuan survei pra pemilu di Depok, kata ia, 30 persen pemilih Anies di pilpres 2024 mengaku akan memilih Supian Suri (pesaing Iman). Padahal Basis pemilih Anies di Depok mencapai 41% menurut data KPU. "Lebih dari cukup mengantarkan kemenangan Supian karena selisih kemenangannya lawan Imam hanya 6 - 7 persen aja," ujarnya.
Berdasarkan data hitung cepat yang masuk 100 persen, pasangan Imam-Ririn haya 46,21 persen. Sementara Supian-Supri 53,79 persen. Adapun tingkat keterpilihan pasangan Imam pada survei Indikator November berdasarkan Indikator ada di level 46,6 persen. Kalah dibandingkan Supian yang sudah mencapai 49,5 persen.
Selama dua dekade terakhir PKS menguasai kepemimpinan Kota Depok. Kota ini pun sudah dianggap sebagai salah satu basis PKS.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto angkat bicara soal dominasi PKS berpeluang ditumbangkan oleh calon kepala daerah yang diusung PDIP di Pilkada 2024. Hal ini menyusul kekalahan paslon pejawat dari PKS Imam Budi Hartono-Ririn Farabi Arafiq versi lembaga survei.
Hasto memandang peluang kemenangan di Depok terjadi karena besarnya dukungan rakyat. Para pemilih di Depok menunjukkan keinginan berubah.
"PDIP perjuangan memberikan apresiasi kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa di tengah kegelapan demokrasi akibat campur tangan Polri dan Kemendagri, ternyata PDI Perjuangan dapat bertahan di tengah berbagai kepungan," ucap Hasto.