REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membungkuk bukan berarti seseorang berada posisi di bawah, tapi ini salah satu adab yang baik. Tradisi membungkuk tradisi orang timur, yang kerap ditunjukkan orang Asia Timur seperti Jepang, Korea dan China. Kepada siapa pun membungkuk tak mengenal usia dan status sosial.
Belum lama ini ramai rekaman Ketua Umum PSSI Erick Thohir terlihat membungkuk kepada Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka selepas pertandingan Indonesia melawan Jepang. Saat itu, timnas Indonesia kalah 0-4.
Gesture Erick Thohir yang membungkuk ke arah Wapres Gibran Rakabuming saat Timnas Indonesia kalah melawan Jepang, menuai pro dan kontra netizen. Gerakan tersebut dinilai terlalu merendahkan diri, bahkan dituding sebagai gimmick belaka.
Namun sesungguhnya, gerakan membungkuk merupakan salah satu cara Erick Thohir menghormati orang lain, bukan hanya kepada Wakil Presiden, melainkan juga kepada tenaga kesehatan hingga suporter bola. Tidak hanya sekali, Menteri BUMN ini seringkali kedapatan membungkukkan badan kepada siapa pun tanpa memandang jabatan atau status sosial.
Erick menerima kritik dari netizen yang menganggap bahwa gerakan membungkuk yang dilakukannya sebagai bentuk merendahkan diri. Kenyataannya, gerakan membungkuk memiliki berbagai makna dalam kebudayaan timur, terutama di negara-negara seperti Jepang, Korea, dan China.
Membungkuk sering kali melambangkan penghormatan, kesopanan, dan kerendahan hati. Dalam konteks sosial, gesture ini menunjukkan pengakuan terhadap status atau kontribusi orang lain, serta menjadi simbol hubungan yang harmonis.
Dalam budaya Jepang, membungkuk (ojigi) memiliki berbagai tingkat kedalaman, dari membungkuk ringan sebagai salam informal hingga membungkuk lebih dalam untuk menunjukkan permintaan maaf atau rasa terima kasih yang mendalam.
Hal serupa juga berlaku di Korea, di mana membungkuk dikenal sebagai bentuk penghormatan terhadap yang lebih tua atau lebih berstatus. Di China, tradisi membungkuk (jìng lǐ) memiliki akar yang kuat dalam Konfusianisme, yang menekankan hierarki dan rasa hormat dalam hubungan sosial.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Asian Social Science Journal, membungkuk merupakan ekspresi nonverbal yang memainkan peran penting dalam membangun hubungan sosial di masyarakat Timur.
Studi ini menunjukkan bahwa membungkuk tidak hanya mencerminkan sopan santun, tetapi juga menjadi media komunikasi yang menguatkan norma budaya tentang penghormatan dan harmoni sosial (Kimura, 2019).
Selain itu, dalam buku The Nonverbal Communication Reader oleh Guerrero dan Floyd, disebutkan bahwa gesture ini mengekspresikan emosi dan nilai-nilai yang tidak selalu dapat dijelaskan dengan kata-kata, menjadikannya simbol universal penghormatan dalam budaya Timur.
Jadi, membungkuk dalam konteks budaya Timur sama sekali bukan suatu hal yang dianggap tabu apalagi dianggap sebagai bentuk perendahan diri. Sebaliknya, gerakan ini seringkali diasosiasikan sebagai sikap hormat dan keterbukaan dalam menjalin hubungan sosial.
Gestur Erick Thohir membungkuk kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Jepang mungkin sederhana, tapi sarat akan makna.
Banyak yang memandangnya sebagai tindakan simbolis yang mencerminkan karakteristik gaya kepemimpinan Erick: humanis, inklusif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai penghormatan. Membungkuk, bagi Erick, bukan sekadar formalitas, tetapi cerminan sikap rendah hati yang konsisten ia tunjukkan di berbagai kesempatan.
Gestur membungkuk ini juga sejalan dengan budaya ketimuran yang menempatkan penghormatan kepada orang lain sebagai fondasi hubungan sosial. Bukan hanya kepada seorang wakil presiden, Erick telah berulang kali menunjukkan sikap serupa kepada tenaga kesehatan, suporter bola, dan berbagai pihak lain yang berjasa bagi bangsa. Sikap ini mempertegas komitmennya untuk memimpin dengan hati, bukan sekadar dengan otoritas.
Sebelumnya, Erick juga membungkuk ke tribun penonton usai laga timnas Indonesia kontra Australia di SUGBK.
Tentu, tidak semua orang memandang gesture ini dengan sudut pandang positif. Sebagian pihak menilainya berlebihan, bahkan menganggapnya sebagai "gimmick." Namun, bila ditelusuri dari rekam jejak Erick Thohir, gesture tersebut lebih mencerminkan konsistensi nilai kepemimpinannya. Seorang pemimpin besar tidak hanya memimpin dari depan, tetapi juga mampu menempatkan diri setara dengan orang lain, menunjukkan rasa hormat yang tulus, dan merangkul semua pihak dalam satu visi kebersamaan.
Dalam era di mana kesenjangan sosial sering menjadi tantangan, Erick memberi contoh bahwa kepemimpinan sejati adalah soal bagaimana menghormati, mendengar, dan bekerja sama tanpa memandang status atau hierarki.
Gesture membungkuk mungkin terlihat sederhana, tetapi di tangan seorang pemimpin seperti Erick Thohir, ia menjadi simbol kuat akan nilai-nilai kebersamaan dan rendah hati yang sangat dibutuhkan dalam memajukan bangsa.