REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pemimpin baru Hizbullah Naim Qassem pada Rabu (30/10) menyatakan bahwa kelompoknya tidak berperang atas nama Iran. Kelompok Hizbullah berjuang untuk melindungi dan membebaskan wilayah Lebanon.
“Kami di Lebanon tidak berperang untuk Iran atau demi melaksanakan proyeknya, tetapi untuk melindungi dan membebaskan negara kami,” kata Naim Qassem dalam pidato yang direkam.
“Selama 11 bulan kami menyatakan tidak menginginkan perang, tetapi kami siap jika perang dipaksakan kepada kami,” katanya menambahkan.
Qassem terpilih pada Selasa (29/10) sebagai pemimpin Hizbullah, menggantikan Hassan Nasrallah yang gugur dalam serangan udara Israel di Beirut bulan lalu.
“Program saya adalah melanjutkan pendekatan Nasrallah untuk tetap berada di jalur perlawanan berdasarkan perkembangan yang terjadi,” ujarnya.
“Perlawanan ada untuk membebaskan negara dan menghadapi pendudukan serta niat ekspansionis di kawasan,” tegas Qassem.
Pemimpin Hizbullah itu mengatakan dukungan untuk Gaza diperlukan guna menghadapi bahaya yang ditimbulkan oleh Israel terhadap kawasan melalui Jalur Gaza, dan rakyat Gaza memiliki hak kemanusiaan, Arab, Islam, serta nasional bagi kita semua untuk mendukung mereka.
“Perang ini bukan hanya perang Israel; tetapi juga melibatkan Amerika, Eropa, dan dunia secara global, dengan menggunakan segala sumber daya untuk memberantas perlawanan dan rakyat di kawasan ini, menggunakan segala bentuk kekejaman, pemusnahan, dan tindakan kriminal,” lanjutnya.
Bulan lalu, Israel melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaim sebagai sasaran Hizbullah, dalam eskalasi dari setahun konflik lintas perbatasan antara Israel dan kelompok tersebut sejak dimulainya serangan brutal Israel di Gaza.
Lebih dari 2.700 orang tewas dan hampir 12.500 terluka dalam serangan Israel sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon. Israel memperluas konflik pada 1 Oktober dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan.