Jumat 18 Oct 2024 04:38 WIB

Bir Pletok akan Dijadikan oleh Pramono Welcome Drink Khas Jakarta

Persoalan utama di Jakarta bukan membangun fisik, tetapi juga persoalan budaya.

Rep: Bayu Adji Prihammanda / Red: Erik Purnama Putra
Calon gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Calon gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur (cagub) DKI Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung menyatakan keseriusannya untuk mengangkat budapa Betawi apabila terpilih di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Salah satu rencana yang akan dilakukannya adalah menjadikan bir pletok sebagai minuman untuk menyambut tamu (welcome drink) khas Jakarta.

Dia mengatakan, budaya Betawi akan dijadikan simbol kebudayaan Jakarta, yang akan menjadi kota global dan pusat perekonomian nasional. Salah satu upaya untuk itu adalah menjadikan bir pletok sebagai minuman selamat datang bagi tamu yang datang ke Jakarta.

"Bir pletok, yang merupakan simbol Betawi, nanti akan kami jadikan welcome drink kalau kita menerima tamu," kata mantan sekretaris kabinet (seskab) tersebut di acara deklarasi dukungan Forkabi untuk pasangan Pramono-Rano di Kantor DPP Forkabi, Jakarta Selatan, Rabu (16/19/2024).

Pramono menilai, masih ada budaya Betawi yang selama ini tidak mendapatkan tempat dan ruang di Jakarta. Dia berkomitmen untuk membenahinya. Sebab, persoalan utama di Jakarta bukan membangun fisik, tetapi juga persoalan budaya.

"Kami akan buat ditempat-tempat yang menjadi simbol utama seperti di lapangan terbang, di ruang-ruang pertemuan Jakarta simbol-simbol itu pasti akan nampak," kata Pramono.

Bir pletok merupakan salah satu minuman khas Betawi yang terbuat dari campuran air dan gula pasit. Bir pletok juga mengandung berbagai rempah seperti kayu manis, jahe, sereh, cengkeh, secang, pala, lada, cabe, daun jeruk purut, daun pandan, gardamom seed, dan garam. Meski menggunakan kata bir, minuman khas Betawi itu sama sekali tak mengandung alkohol.

Dilaporkan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI, penyebaran minuman tradisional itu masih jadi satu hal eksklusif, bahkan bagi warga Jakarta. Padahal minuman yang memberikan sensasi hangat di tubuh itu dahulu dikenal sebagai minuman rakyat yang biasa dijajakan oleh pedagang keliling.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement