Jumat 11 Oct 2024 19:45 WIB

Reaksi Dunia Internasional Sikapi Serangan Israel ke UNIFIL di Lebanon

Israel menyerang pasukan penjaga perdamaian di Lebanon selatan

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto:

Tiongkok

Juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning mengatakan pada hari Jumat bahwa Cina menyatakan “keprihatinan besar dan kecaman keras” terhadap “serangan militer Israel terhadap posisi dan pos pengamatan UNIFIL, yang mengakibatkan luka-luka pada personel UNIFIL”.

Kanada

“Kanada menyerukan perlindungan bagi pasukan penjaga perdamaian dan pekerja kemanusiaan, dan bagi semua pihak untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Kanada dalam sebuah pernyataan.

Kanada, yang sebagian besar mendukung serangan militer Israel di Lebanon, mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB “mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima”.

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Jean-Pierre Lacroix, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk operasi perdamaian, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa “keselamatan dan keamanan” pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon “semakin terancam”.

Dia mengatakan bahwa kegiatan operasional hampir terhenti sejak 23 September, ketika Israel melancarkan gelombang serangan terhadap kubu-kubu Hizbullah di Lebanon.

“Pasukan penjaga perdamaian telah terkurung di pangkalan mereka dengan waktu yang cukup lama di tempat penampungan,” katanya, seraya menambahkan bahwa UNIFIL siap mendukung semua upaya menuju solusi diplomatik.

“UNIFIL diberi mandat untuk mendukung implementasi resolusi 1701, tetapi kami harus menegaskan bahwa para pihak harus mengimplementasikan ketentuan resolusi ini,” katanya dalam pertemuan darurat dewan yang beranggotakan 15 negara itu.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 memberikan mandat kepada UNIFIL untuk membantu tentara Lebanon menjaga wilayah perbatasan selatannya dengan Israel bebas dari senjata atau personel bersenjata selain dari negara Lebanon.

Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan tersebut merupakan perkembangan yang “sangat serius”.

Tenenti menjelaskan bahwa Israel sebelumnya telah meminta pasukan penjaga perdamaian untuk pindah dari “posisi tertentu” di dekat perbatasan, namun “Kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk berkibar di bagian selatan Lebanon”.

“Jika situasinya menjadi tidak memungkinkan bagi misi untuk beroperasi di selatan Lebanon ... akan tergantung pada Dewan Keamanan untuk memutuskan bagaimana melangkah maju,” katanya.

“Saat ini, kami tetap tinggal, kami mencoba melakukan apa pun yang kami bisa untuk memantau [dan] memberikan bantuan,” tambah Tenenti.

Indonesia

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia telah terluka dalam serangan tersebut dan berada di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut.

“Indonesia mengutuk keras serangan tersebut,” katanya. “Menyerang personil dan properti PBB adalah pelanggaran besar terhadap Hukum Humaniter Internasional.”

Indonesia, pengkritik keras Israel dan pendukung Palestina, memiliki sekitar 1.232 personel yang saat ini dikerahkan bersama UNIFIL di Lebanon.

Amerika Serikat

Gedung Putih “sangat prihatin” dengan laporan-laporan bahwa Israel menembaki markas penjaga perdamaian PBB di Libanon selatan, kata seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional.

“Kami memahami bahwa Israel sedang melakukan operasi-operasi yang ditargetkan di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah yang dapat digunakan untuk mengancam warga Israel,” ujar juru bicara tersebut.

“Sementara mereka melakukan operasi ini, sangat penting bahwa mereka tidak mengancam keselamatan dan keamanan penjaga perdamaian PBB.”

BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel

Italia

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto menyebut serangan terhadap pangkalan UNIFIL itu “sama sekali tidak dapat diterima”.

“Ini bukan kesalahan dan bukan kecelakaan,” kata Crosetto dalam sebuah konferensi pers.

“Ini bisa menjadi kejahatan perang dan merupakan pelanggaran yang sangat serius terhadap hukum militer internasional,” katanya.

Dia menambahkan bahwa dia telah memanggil duta besar Israel untuk meminta penjelasan atas serangan tersebut.

Sumber: Aljazeera 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement