Jumat 11 Oct 2024 20:05 WIB

Ternyata ini Dugaan Motif di Balik Serangan Israel ke Pasukan UNIFIL

Pakar menilai Israel telah melanggar pelanggaran berat hukum internasional.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Militer Israel belum berhenti untuk menyerang pasukan perdamaian PBB di perbatasan Lebanon. Setelah tentara Indonesia menjadi korban serangan markas UNIFIL, kini giliran sejumlah personel Sri Lanka juga terluka.

Sejumlah kecaman internasional diarahkan ke Israel. Tapi Tel Aviv yang mendapatkan dukungan ari Amerika Serikat bergeming.

Baca Juga

Lantas apa maksud Israel menyerang UNIFIL?

Ada dugaan Israel berharap untuk menyingkirkan UNIFIL dari Lebanon Selatan dan mengganti pasukan penjaga perdamaian dengan pasukan internasional alternatif.

Demikian surat kabar Al Akhbar yang berafiliasi dengan Hizbullah di Lebanon melaporkan pada Jumat (11/102024).

Menurut laporan tersebut, ada inisiatif Amerika untuk membawa perubahan besar pada resolusi PBB 1701, yang mengakhiri Perang Lebanon Kedua tahun 2006 dan pada pengerahan pasukan internasional di perbatasan Lebanon dengan Israel dan Suriah.

UNIFIL diisi oleh sejumlah negara anggota PBB, di antaranya personel dari Indonesia yang selama ini mendukung penuh kemerdekaan Palestina.

Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi menilai Israel telah melakukan pelanggaran berat hukum internasional sehingga tidak bisa ditoleransi lagi.

"Serangan yang diterima oleh pasukan pengamanan UNIFIL, mengakibatkan dua orang terluka dari Indonesia, saya kira tentara Israel (IDF) melakukan pelanggaran hukum internasional yang sangat berat karena pasukan perdamaian dari PBB itu menjadi target (serangan Israel)," kata Yon Machmudi kepada Republika, Jumat (11/10/2024)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement