Jumat 11 Oct 2024 10:12 WIB

Pejabat PBB Sebut Keamanan Pasukan UNIFIL 'Semakin Terancam' di Lebanon

UNIFIL mencatat, serangan Israel ke melibatkan infanteri, tank, dan kendaraan teknik.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
 Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di Garis Biru yang memisahkan antara Israel dan Lebanon, dekat desa Israel Metula.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di Garis Biru yang memisahkan antara Israel dan Lebanon, dekat desa Israel Metula.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pejabat PBB untuk operasi perdamaian pada Kamis (10/10/2-24) menekankan "risiko serius" yang dihadapi pasukan perdamaian di Lebanon di tengah serangan berkelanjutan dari militer Israel. Jean-Pierre Lacroix mengatakan, dalam sesi Dewan Keamanan PBB tentang Lebanon bahwa "keselamatan dan keamanan" Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) kini "semakin terancam."

Sebagian besar wilayah Lebanon selatan, yang juga merupakan "area operasi UNIFIL, kini tidak berpenghuni dan semakin tidak layak huni" akibat pemboman intensif Israel, katanya. "Tujuan yang dinyatakan oleh Israel adalah agar penduduk dapat kembali ke komunitas mereka di utara setelah satu tahun ketakutan dan satu tahun pengungsian."

Baca Juga

Mengutip laporan UNIFIL tentang serangan Israel yang melibatkan infanteri, tank, dan kendaraan teknik terhadap wilayah Lebanon, Lacroix mengatakan: "Situasi ini telah menempatkan pasukan perdamaian kami dalam risiko serius."

"Pasukan perdamaian kami tetap berada di posisi mereka, sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Dewan ini, sambil terus menilai ulang postur kekuatan terhadap risiko yang ada," tambahnya, seraya menyatakan bahwa "keselamatan dan keamanan pasukan perdamaian kini semakin terancam."

Dilaporkan Anadolu, Lacroix juga mencatat bahwa "aktivitas operasional UNIFIL praktis terhenti sejak 23 September," seiring dengan eskalasi permusuhan yang terus berlangsung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement