Rabu 09 Oct 2024 14:04 WIB

KSAU Ungkap Prabowo Telepon Mantu Erdogan, Pesan Drone Langsung dari Turki

Drone berkemampuan BLOS itu dibutukan untuk mendukung operasi pemantauan di Papua.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden terpilih Prabowo Subianto, wakil presiden terpilih Gibran  Rakabuming Raka.
Foto: Antara
Presiden terpilih Prabowo Subianto, wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengungkapkan momen Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto membeli pesawat tanpa awak atau drone dari Turki untuk pengadaan tahun depan. Jenis drone yang dibeli ialah yang berkemampuan beyond line of sight (BLOS)

Hal itu dikatakan Tonny saat menghadiri Seminar Nasional HUT Komunikasi dan Elektronika Angkatan Udara (Komlekau) Tahun 2024 pada Rabu (9/10/2024) di Mabes TNI AU Jakarta Timur. Tonny menceritakan pembelian drone itu di hadapan anak buahnya.

Baca Juga

"Pada satu kesempatan saya ditanya oleh Bapak Menhan, Presiden Terpilih, 'Angkatan Udara butuh apa?' kata beliau," kata Tonny dalam kegiatan itu menirukan percakapannya dengan Prabowo.

Saat pembicaraan itu, Tonny menerangkan TNI AU memerlukan drone dengan kemampuan BLOS guna mendukung operasi pemantauan di Papua. Drone tersebut dibutuhkan lantaran bisa melalui segala medan dengan memakai teknologi satelit.

Drone BLOS pun memiliki kemampuan memancarkan sinyal sehingga membantu proses komunikasi sekaligus pemantauan di daerah-daerah yang terbilang sulit dijangkau sinyal.Atas penjelasan tersebut, Prabowo setuju untuk memboyong drone itu ke Tanah Air.

"Langsung beliau (Prabowo) telepon ke pemilik pabrik, ternyata pemilik pabriknya mantunya dari Erdogan (Presiden Turki). Beliau menyampaikan bahwa 'saya akan beli.' Jadi, seperti itu," ujar Tonny.

Tonny menyebut drone buatan Turki itu dapat berfungsi maksimal saat gempa menghantam Turki beberapa tahun lalu. Saat itu drone BLOS bahkan digunakan untuk memancarkan sinyal selama 24 jam guna membantu evakuasi.

"Saya lihat ada pesawat buatan Turki yang digunakan saat Turki alami bencana dimana komunasi terputus saat itu. Apa yang dilakukan Turki? Terbangkan UAV itu ditempel transmiter BTS, kemudian terbang selama 24 jam di atas, komunikasi tidak terputus, memudahkan pemerintah untuk evakuasi korban, tentukan apa yang harus dilaksanakan. Itu saya sampaikan ke Menhan," ujar Tonny.

Walau demikian, Tonny belum bisa memastikan berapa jumlah drone BLOS yang bakal dibeli pemerintah. Hal ini menyesesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

"Unitnya nanti tergantung anggaran ya, saya tidak menyebutkan berapa banyak. Tetapi, Pak Menhan, Presiden Terpilih, itu sudah menjanjikan akan memberikan drone yang berkemampuan BLOS," ucap Tonny.

Tonny optimistis TNI AU bakal lebih maksimal melakukan operasi militer di wilayah yang sulit dijangkau sinyal dengan kehadiran drone jenis BLOS.

"Nah, Angkatan Udara sudah mempunyai dua skadron pesawat terbang tanpa awak. Dengan ditambah satu skadron pendidikan itu. Jadi kita juga ada pendidikan penerbang PTTA, pesawat terbang tanpa awak, dan skuadron-skuadron yang mengoperasikannya. Gitu jadi kerjanya," ujar Tonny. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement