Ahad 22 Sep 2024 18:35 WIB

Pembebasan Kapten Philip tak Lepas dari Pengorbanan Prajurit yang Sudah Gugur

Kapten Philip bebas setelah 19 bulan dalam penguasaan kelompok separatis.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Indira Rezkisari
Pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens (atas) berbicara dalam konferensi pers terkait pembebasan dirinya dari penyanderaan Tentara Pembebasan Nasionanl Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di  Pangkalan TNI AU Yohanis Kapiyau Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (21/9/2024). Philip yang merupakan WNA asal Selandia Baru itu disandera oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya sejak Februari 2023 saat mendaratkan pesawat jenis Pilatus Porter PC-6 di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Foto: ANTARA FOTO/Marcell
Pilot Susi Air Phillip Mark Mehrtens (atas) berbicara dalam konferensi pers terkait pembebasan dirinya dari penyanderaan Tentara Pembebasan Nasionanl Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Pangkalan TNI AU Yohanis Kapiyau Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (21/9/2024). Philip yang merupakan WNA asal Selandia Baru itu disandera oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya sejak Februari 2023 saat mendaratkan pesawat jenis Pilatus Porter PC-6 di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA — Pembebasan Kapten Philip Mark Marthens dari penyanderaan kelompok seperatis bersenjata Papua Merdeka, tak lepas dari pengorbanan para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri. Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Letnan Jenderal (Letjen) Bambang Trisnohadi menyampaikan penghormatan dan penghargaan terhadap para prajurit TNI-Polri yang sudah gugur selama ini dalam misi maupun operasi pembebasan pilot maskai penerbangan sipil Susi Air tersebut.

“Satu hal yang harus kita sampaikan, kami menyampaikan pengharagaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya, kepada prajurit-prajurit TNI dan Polri yang telah gugur dalam rangka, proses pembebasan sandera Kapten Philip Mark Marthens selama ini,” kata Letjen Bambang dalam siaran pers video yang diterima wartawan di Jakarta, pada Ahad (22/9/2024).

Baca Juga

Jenderal bintang tiga Angkatan Darat (AD) itu mengatakan, proses pembebasan Kapten Philip sudah dilakukan sejak lama. Sejak kelompok bersenjata yang dipimpin Egianus Kogeya melakukan penyanderaan terhadap pilot berkebangsaan Selandia Baru pada 7 Februari 2023, upaya untuk menyelamatkan sudah dilakukan. Pendekatan dan komunikasi via peran tokoh-tokoh masyarakat, adat, dan keagamaan memang dilakukan.

Akan tetapi, menengok catatan dalam satu tahun tujuh bulan selama penyanderaan, kontak tembak TNI-Polri dengan kelompok penyandera di kawasan Nduga, Papua Pegunungan juga terjadi. Belasan nyawa prajurit melayang gugur selama usaha-usaha militer dalam pembebasan.

Pada Sabtu (21/9/2024), setelah 19 bulan dalam penguasaan kelompok separatis bersenjata di Nduga, Kapten Philip diselamatkan. Asisten Operasi (Asops) Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Verdianto Iskandar Bitticaca menyampaikan, pembebasan Kapten Philip buah dari hasil komunikasi negosiasi melalui pendekatan kekeluargaan yang dilakukan selama ini oleh TNI-Polri.

“Negosiasi pembebasan yang kita laksanakan ini, memang memakan waktu cukup panjang. Sejak yang bersangkutan ditahan. Jadi prosesnya memang panjang, dari hari ke hari sampai kurang lebih satu tahun tujuh bulan baru yang bersangkutan bebas,” kata dia.

Irjen Verdianto menjelaskan, sebetulnya sudah ada kesepakatan dengan kelompok penyandera agar Kapten Philip dibebaskan pada 16 September 2024 lalu. “Kemarin memang tanggal 16 September, memang rencananya akan dibebaskan. Karena pas hari ulang tahunnya yang bersangkutan, tanggal 16,” ujar Irjen Verdianto.

Akan tetapi, kata jenderal polisi bintang dua itu, adanya beberapa prosedur yang belum kelar, membuat pelepasan Kapten Philip oleh pihak kelompok bersenjata mundur pada Sabtu (21/9/2024). “Tetapi, semuanya indah pada waktunya, dan Kapten Philip sudah bebas,” ujar dia.

Kepala Operasi Damai Cartenz Brigadir Jenderal (Brigjen) Faizal Ramadhani pun membantah adanya uang-uang tebusan dalam usaha-usaha membebaskan Kapten Philip. Faizal, yang kini juga menjabat sebagai Wakapolda Papua itu menegaskan, selama ini, proses komunikasi otoritas keamanan Indonesia dengan kelompok penyandera, mengandalkan pendekatan kekeluargaan. Ia mengatakan, ada peran para tokoh masyarakat, dan tetua adat, serta para kalangan gereja untuk membujuk Egianus Kogeya melepaskan sandera Kapten Philip.

“Nggak ada tebusan. Tidak ada tebusan. Kita hanya menggunakan sarana kontak saja. Kita mengandalkan peran tokoh masyarakat, kemudian kita juga melakukan pendekatan dengan sarana-sarana kontak, dan itu berlangsung sudah beberapa waktu,” kata Brigjen Faizal.

Kata dia, dalam pembebasan, dan penjemputan Kapten Philip, pasukan gabungan TNI-Polri dari Operasi Damai Cartenz, pun tak ada melepaskan satupun peluru. “Tidak ada gangguan. Kita tidak turunkan pasukan. Hanya tim negosiasi saja. Dan sekarang aman sudah,” kata Brigjen Faizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement