Senin 16 Sep 2024 18:10 WIB

Gempa Sukabumi Akibat Pecahnya Lempeng Indo-Australia dan Sesar Aktif Dasar Laut

BMKG mencatat dua kali gempa terjadi di Sukabumi dengan magnitudo 5,1 dan 4,1.

Gempa bumi (ilustrasi)
Foto:

Sebelumnya, peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa memaparkan berbagai potensi maksimal gempa yang bisa terjadi di 15 segmen megathrust yang ada di Indonesia. Ke-15 segmen megathrust itu membentang dari sepanjang pesisir barat Sumatera Selatan, Jawa, selatan Bali, NTT, NTB, utara Sulawesi, hingga utara Papua.

"Memang kalau secara potensinya itu bisa magnitudo-nya (gempa) sampai 9 ya," kata Rahma dalam gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (2/9/2024).

Rahma memaparkan berbagai potensi tersebut terdapat di segmen Aceh-Andaman dengan potensi 9,2 Magnitudo maksimum (Mmax), Nias-Simeulue 8,9 Mmax, Kepulauan Batu 8,2 Mmax, Mentawai-Siberut 8,7 Mmax, Mentawai-Pagai 8,9 Mmax, Enggano 8,8 Mmax, serta Selat Sunda-Banten 8,8 Mmax. Kemudian, Jawa Barat 8,8 Mmax, Jawa Tengah-Timur 8,9 Mmax, Bali 9,0 Mmax, Nusa Tenggara Barat (NTB) 8,9 Mmax, Nusa Tenggara Timur 8,7 Mmax, Sulawesi Utara 8,5 Mmax, Filipina-Maluku 8,2 Mmax, Laut Banda Utara 7,9 Mmax, serta Laut Banda Selatan 7,4 Mmax.

Menurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang. "Dari 15 segmen megathrust ini, kita punya sejarah 20 tahun yang lalu persis tahun 2004, kita mengalami gempa megathrust di Aceh," ujarnya.

Adapun terkait risiko terbesar, kata Rahma, tidak hanya dipengaruhi dengan skala magnitudo terbesar. Melainkan, juga dipengaruhi dengan seberapa banyak penduduk yang terdapat dalam kawasan di segmen-segmen tersebut.

"Artinya, kalau kita mempertemukan skala gempa megathrust yang besar dengan penduduk yang paling padat, maka risikonya menjadi lebih tinggi di Pulau Jawa ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement