Sabtu 14 Sep 2024 08:15 WIB

Mantan Perdana Menteri Prancis: Agresi Israel di Gaza Skandal Terbesar dalam Sejarah

Israel terus melakukan serangan intensif di Gaza

Warga Palestina memeriksa kerusakan di lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.
Foto:

Meskipun Presiden Prancis saat ini, Emmanuel Macron, telah berulang kali menyerukan gencatan senjata di Gaza dan mengutuk serangan terhadap warga sipil, namun deklarasi tersebut tampaknya gagal diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif dan menggunakan cara-cara yang dimiliki Prancis untuk menekan Israel.

Pada bulan Juni, ketika ditanya tentang kemungkinan Prancis mengakui negara Palestina, mengikuti jejak beberapa negara Eropa seperti Spanyol, Norwegia, dan Irlandia, Macron menjawab bahwa hal itu bukanlah “solusi yang tepat”.

“Tidak masuk akal untuk melakukannya sekarang. Saya mengecam kekejaman yang kami lihat dengan kemarahan yang sama seperti rakyat Prancis. Tetapi kami tidak mengakui negara yang didasarkan pada kemarahan,” tambahnya.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan media investigasi juga mengkritik kurangnya transparansi seputar penjualan senjata Prancis ke Israel.

Pekan lalu, sebuah artikel dari media Prancis, Mediapart, meneliti “jutaan euro senjata Prancis yang dikirim ke Israel”.

Menurut laporan kementerian pertahanan kepada parlemen yang diperoleh Mediapart, Prancis mengirimkan peralatan militer senilai €30 juta ($33 juta) ke Israel pada tahun 2023.

Namun, karena laporan tersebut tidak menyebutkan bulannya, media tersebut mencatat bahwa tidak mungkin untuk menentukan apakah pengiriman ini berlanjut setelah serangan Israel ke Gaza dimulai pada 7 Oktober, dan menambahkan bahwa Kementerian Angkatan Bersenjata tidak dapat mengklarifikasi masalah ini.

Sementara itu, para aktivis di negara itu telah mengutuk peningkatan penindasan terhadap suara-suara pro-Palestina sejak 7 Oktober, dengan ratusan investigasi yang diluncurkan terhadap komentar-komentar mengenai konflik Israel-Palestina di bawah apa yang disebut sebagai pelanggaran “permintaan maaf atas terorisme”.

Sumber: middleeasteye

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement