REPUBLIKA.CO.ID, MAGDEBURG – Lima orang tewas dan sekitar 200 lainnya luka-luka ketika sebuah SUV menabrak kerumunan di pasar Natal di Magdeburg, Jerman pada Jumat malam. Media-media Jerman melansir bahwa tersangka pelaku adalah seorang aktivis anti-Islam dan pendukung Israel.
Salah satu korban dalam insiden penabrakan itu adalah seorang anak kecil. Surat kabar lokal Volksstimme mengatakan laporan dari tempat kejadian menunjukkan bahwa penyerang jelas-jelas berusaha “mengenai orang sebanyak mungkin.”
Polisi mengatakan kendaraan itu melaju “setidaknya 400 meter melintasi pasar Natal” meninggalkan jejak korban berlumuran darah, puing-puing dan pecahan kaca di alun-alun balai kota pusat kota.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan penangkapan pengemudi tersebut oleh petugas polisi. Terlihat seorang pria berjanggut berkacamata yang tergeletak di tanah di samping mobil yang rusak berat.
Menurut surat kabar Jerman Bild, seorang pria imigran Saudi ditangkap karena dicurigai menabrakkan mobil ke arah kerumunan. Insiden itu terjadi di tengah perdebatan sengit mengenai keamanan dan migrasi selama kampanye pemilu di negara dengan perekonomian terbesar di Eropa yang didominasi oleh kelompok sayap kanan.
Polisi belum bersedia memberikan komentar mengenai jumlah korban yang dilaporkan. Pejabat setempat awalnya mengatakan sedikitnya dua orang tewas dan telah memperingatkan bahwa jumlah korban jiwa mungkin bertambah. Laporan Bild menyebutkan 41 orang terluka parah, 86 orang mendapat perawatan di rumah sakit karena luka serius, dan 78 lainnya menderita luka ringan.
Pihak berwenang Jerman sedang menyelidiki seorang dokter Saudi berusia 50 tahun yang telah tinggal di Jerman selama hampir dua dekade sehubungan dengan serangan itu. Polisi menggeledah rumahnya semalaman.
Motifnya masih belum jelas dan polisi belum menetapkan tersangka. Dia disebutkan di media Jerman sebagai seseorang bernama Taleb A.
Sumber Saudi mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi telah memperingatkan pihak berwenang Jerman tentang penyerang tersebut setelah dia memposting pandangan ekstremis di akun X pribadinya yang mengancam perdamaian dan keamanan. Der Spiegel melaporkan bahwa tersangka bersimpati dengan partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD). Majalah itu tidak menyebutkan dari mana mereka mendapatkan informasi tersebut.
Surat kabar FAZ Jerman mengatakan pihaknya mewawancarai tersangka pada 2019 dan menggambarkannya sebagai aktivis anti-Islam. “Orang-orang seperti saya, yang memiliki latar belakang Islam tetapi tidak lagi beriman, tidak mendapat pemahaman atau toleransi dari umat Islam di sini,” katanya. “Saya adalah kritikus Islam yang paling agresif dalam sejarah. Jika Anda tidak percaya, tanyakan saja pada orang-orang Arab.”
Menurut laporan the Wall Street Journal (WSJ), tersangka pindah ke Jerman pada 2006. Ia kemudian menjalankan situs web dan saluran media sosial yang memperingatkan bahaya Islam dan membahas hak-hak perempuan. Ia juga kerap memposting konten yang mendukung Israel.
Seorang pejabat keamanan Jerman yang mengetahui penyelidikan tersebut mengatakan kepada WSJ bahwa tersangka tiba di Jerman sebagai pencari suaka dan mengatakan bahwa dia telah meninggalkan Arab Saudi karena hukum Islam yang ketat. Dia diberikan status pengungsi sebelum memperoleh tempat tinggal permanen di negara tersebut.
Menurut laporan tersebut, tersangka telah mengunggah di media sosial dalam beberapa hari terakhir dan menuduh pemerintah Jerman membiarkan Islamisasi di negara tersebut dan menganiaya perempuan pencari suaka Saudi. Seorang pejabat Jerman yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada the Washington Post pada Sabtu pagi bahwa tersangka diyakini berada di bawah pengaruh obat-obatan saat melakukan serangan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menulis di X bahwa “laporan dari Magdeburg adalah ketakutan terburuknya.” “Pikiran saya tertuju pada para korban dan keluarga mereka. Kami berdiri di sisi mereka dan di sisi masyarakat Magdeburg. Terima kasih saya sampaikan kepada para pekerja penyelamat yang berdedikasi di saat-saat sulit ini.”
Kementerian luar negeri Arab Saudi mengutuk serangan itu. “Kerajaan menegaskan posisinya dalam menolak kekerasan dan menyatakan simpati dan belasungkawa yang tulus kepada keluarga korban dan Republik Federal Jerman,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pejabat negara Jerman lainnya, Perdana Menteri Reiner Haseloff, mengatakan kepada outlet berita lokal segera setelah serangan itu bahwa salah satu korban tewas adalah seorang anak-anak. Dia menambahkan bahwa dia tidak bisa mengatakan apakah akan ada kematian lebih lanjut akibat dugaan serangan tersebut.
“Saat ini, dia adalah pelaku tunggal, sehingga sejauh yang kami tahu, tidak ada bahaya lebih lanjut terhadap kota ini,” kata Haseloff kepada wartawan.