REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berharap pesantren dapat membentuk santri siaga bencana, sehingga mereka bisa melakukan respons cepat ketika sewaktu-waktu terjadi bencana alam.
"Dengan mengajak rekan-rekan dari pondok pesantren diharapkan dapat membentuk santri siaga bencana," kata Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan BPBD Lumajang Amni Najm saat memberikan sosialisasi program "Belajar Ilmu Bencana Sejak Dini" (Beli Nasi) di MTs Ponpes Nurut Thullab Desa Kalisemut, Kecamatan Padang di Lumajang, Senin.
Dia menjelaskan program Beli Nasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan anak-anak dalam menghadapi bencana, khususnya di lingkungan pondok pesantren di Lumajang.
Program yang dicanangkan oleh BPBD Lumajang tersebut memberikan pendidikan kebencanaan serta untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengatasi bencana.
"Sosialisasi kebencanaan serta pembekalan literasi budaya sadar bencana bagi santri merupakan hal yang penting sebagai upaya melindungi dari potensi bencana," katanya.
Ia mengatakan program Beli Nasi penting bagi anak-anak untuk belajar tentang lingkungannya, agar nantinya juga bisa memberikan informasi kewaspadaan bencana kepada keluarga maupun warga sekitar.
Konsep pendidikan kebencanaan juga meliputi hubungan manusia dengan alam dan lingkungan, seperti pencemaran, pelestarian alam, dan transportasi, sehingga sosialisasi kebencanaan bagi anak-anak tersebut dinilai penting di daerah yang berpotensi bencana alam.
"Pembentukan santri siaga bencana bermanfaat karena santri dapat memiliki kemampuan untuk memitigasi dan dapat menyalurkannya ke masyarakat luas, terutama keluarganya, karena tidak menutup kemungkinan di pondok pesantren pun dapat terjadi bencana," katanya.