Rabu 04 Sep 2024 13:00 WIB

Bias Pemberitaan Media Barat demi Kaburkan Fakta Genosida oleh Israel di Gaza

Media arus utama di negara Barat tengah mendapat sorotan terkait pemberitaan Gaza.

Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, Media arus utama di Inggris Raya kembali mendapat sorotan karenaatas bias pemberitaan tentang Gaza sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023. Media-media Barat hingga kini masih menerapkan standar ganda dalam pemberitaan mereka yang menyiratkan sebagai upaya menutup-nutupi kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Etika media kembali menjadi pusat perhatian sejak serangan 7 Oktober 2023, dengan banyak pihak yang mengkritik media arus utama karena pejabat dan pendukung Israel terus membuat pernyataan kontroversial tentang situasi bencana di Gaza, di mana jumlah korban tewas telah mencapai lebih dari 40.700 orang. Faisal Hanif, seorang analis media di Centre for Media Monitoring (CfMM), mengatakan kepada Anadolu bahwa pemberitaan tentang Gaza memiliki beberapa ciri yang mencolok, termasuk informasi yang menyesatkan dan fakta yang tidak akurat.

Baca Juga

Bulan lalu contohnya, terjadi peristiwa bayi kembar yang baru lahir tewas dalam serangan Israel di wilayah yang terkepung saat ayah mereka pergi untuk mengambil akta kelahiran mereka. Bayi kembar berusia empat hari, yang lahir di Deir al-Balah, itu tewas dalam serangan udara di apartemen orang tua mereka di Gaza tengah.

Namun, beberapa media arus utama, termasuk BBC dan Sky News, memilih untuk tidak menyebutkan "serangan Israel" dalam judul berita mereka di media sosial, memicu reaksi keras dari banyak pengguna yang mempertanyakan "Dibunuh oleh siapa?"

"Pemberitaan tentang Gaza memiliki beberapa ciri yang mencolok. Ada beberapa kali publikasi informasi yang menyesatkan dan fakta yang tidak akurat selama 10 bulan terakhir," kata Hanif.

Hanif pun membandingkan saat media Barat memberitakan peristiwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengangkat isu ini dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pada Juli. BBC kala itu melaporkannya secara verbatim tanpa memberikan konteks yang diperlukan bagi pembaca bahwa ini sebenarnya tidak benar dan telah ditemukan sebagai fabrikasi oleh jurnalis investigasi.

Hanif mengatakan, "penghilangan informasi" juga menjadi ciri yang mencolok dalam pemberitaan tentang Gaza oleh media arus utama Inggris. Yang paling mencolok adalah pengaburan di judul berita, terutama ketika Israel adalah pihak yang menyerang atau melakukan pembunuhan.

"Sering kali kita melihat ini tidak disebutkan, sedangkan dalam kasus Ukraina dan Rusia, Rusia dengan jelas diidentifikasi sebagai pihak yang melakukan pembunuhan," ujarnya.

photo
Bagaimana AS TErlibat Genosida di Gaza? - (Republika)

 

sumber : Antara, Anadolu-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement