Selasa 23 Jul 2024 16:32 WIB

Sejarah Houthi, dari Penyebar Ajaran Syiah ke Kelompok Bersenjata

Inilah sejarah ringkas kelompok Houthi di Yaman.

ILUSTRASI Para pendukung Houthi.
Foto:

Hizbul Haqq yang dipimpin Hussein al-Houthi mendukung kelompok separatis selatan. Terutama sejak kemenangan kubu utara dalam perang saudara, Hussein pun melarikan diri ke Suriah. Kembali ke Yaman pada 1997, ia lantas menyatakan mundur dari Hizbul Haqq.

Hussein al-Houthi lalu membentuk kelompok sendiri serta membangun koalisi untuk melawan kekuatan politik Sunni. Pada 2002, kelompok yang dipimpin Husein ini mulai terang-terangan menentang pemerintah. Para pengikutnya berasal dari orang-orang Syiah Zaidi non-tradisional (baca: Itsna 'Asyariah), utamanya dari Saada.

Dua tahun kemudian, situasi kian memanas. Bahkan, pemerintah pusat berhasil membunuh Hussein al-Houthi dalam sebuah operasi militer. Lusinan milisi Ansharullah juga ikut ditangkap.

Langkah tegas pemerintah pusat Yaman itu dijawab Houthi dengan perlawanan yang kian keras. Sejak 2005, Houthi kian mengintenskan serangan-serangan bersenjata ke bangunan-bangunan pemerintah.

Selain itu, laskar berideologi Syiah ini juga menuding bahwa Sana'a telah menjadi pelayan kepentingan Amerika Serikat (AS). Houthi pun kerap menyoroti timpangnya pembangunan. Tidak seperti Yaman selatan--termasuk ibu kota Yaman: Sana'a--yang maju, Yaman utara tampak tertinggal.

Pada 2006, tampuk kepemimpinan Ansharullah alias Houthi berada di tangan Abdul Malik al-Houthi. Ia tak lain merupakan adik dari Hussein al-Houthi.

Sebelum tahun 2011, ketegangan Houthi versus pemerintah Yaman semakin membahayakan kondisi negeri. Akhirnya, presiden Ali Abdullah Saleh meminta bantuan AS untuk mengatasi kelompok oposisi itu. Namun, Arab Spring terlebih dahulu muncul di Timur Tengah sehingga menghambat masuknya intervensi Negeri Paman Sam.

Sejak 2012, Yaman dipimpin presiden Abdrabbuh Mansur Hadi. Namun, Houthi dengan dukungan Iran terus melancarkan serangan ke istana kepresidenan. Puncaknya, pada 22 Januari 2015 milisi bersenjata itu dapat menguasai kompleks VVIP tersebut.

Mansur Hadi lantas melarikan diri ke Aden. Kekosongan kekuasaan pun terjadi, sehingga dimanfaatkan oleh Houthi. Konflik pun kian menjadi di Yaman.

Sejak 2015, sekira dua pertiga Yaman dapat dikuasai Houthi. Sementara itu, ISIS dan al-Qaeda menyatakan terlibat di Yaman dengan ditandai pengeboman di masjid sekitar istana kepresidenan di Sana'a. Ini membuat keadaan semakin kalut.

Hingga kini, Houthi menjadi sayap militer Yaman yang terus berkembang. Tujuannya, menguasai Yaman dan menjadikan Iran sebagai poros politik, militer, dan sekaligus budaya. Sejak 2005, Tehran terus memasok bantuan kepadanya, sehingga membuat pertentangan dengan Riyadh kian sengit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement