Rabu 26 Jun 2024 18:43 WIB

Dua Laporan Media Ini Ungkap Fakta Seputar Tentara Israel yang Ditutup-tutupi

Tentara Zionis Israel menghadapi ancaman gangguan jiwa

Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Foto:

Hal ini menjadi perhatian utama bagi tentara, yang menganggap tugas mempertahankan posisinya di hati warga Israel sebagai tugas resmi.

Masalahnya belum terbantu dengan kegagalannya di Gaza, dan tentara yang kembali dari garis depan membuat komentar negatif, sehingga meningkatkan dampak kegagalannya pada citranya yang tadinya dipoles dengan baik.

Semakin banyak warga Israel yang tidak lagi percaya bahwa "Pasukan Pertahanan Israel" adalah yang terkuat di wilayah tersebut. Sebaliknya, mereka kurang optimis dengan kemampuan pasukan, yang membuatnya sulit untuk meningkatkan moral di dalam barisan dan memenangkan perang Gaza.

Para perwira senior sekarang takut akan hilangnya kredibilitas tentara. Yang lebih berbahaya lagi adalah bahwa mereka tidak lagi memiliki otoritas "moral" untuk mengirim tentara ke medan perang setelah kegagalan intelijen Oktober lalu.

Krisis kepercayaan terhadap tentara pendudukan terlihat jelas, bukan pada suara-suara kritis di luar negeri, meskipun ada banyak, tetapi pada mereka yang berada di dalam institusi tersebut.

Sekelompok perwira cadangan senior yang berpangkat brigadir jenderal ke atas menginginkan penyelidikan eksternal atas kegagalan perang di Gaza, karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada kesalahan-kesalahan yang sangat serius yang telah dilakukan, yang akibatnya negara pendudukan harus membayar mahal.

Terkikisnya kekebalan militer dari kritik publik dalam beberapa bulan terakhir ini merupakan isu penting, karena hal itu mengubah hubungan yang sudah lama terjalin dengan masyarakat Israel yang lebih luas. Hingga beberapa tahun yang lalu, tentara merupakan "sapi suci" yang tidak akan dikritik atau dirusak oleh warga Israel dengan cara apa pun.

Selama delapan bulan terakhir perang di Gaza, masalah psikologis telah meningkat secara signifikan di antara personel militer.

Data menunjukkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi peningkatan jumlah yang mengkhawatirkan pada mereka yang menerima layanan psikologis.

Sampai-sampai para pejabat dari divisi sumber daya manusia militer menyatakan bahwa "masalah psikologis" telah menjadi jalan keluar yang nyaman bagi warga untuk menghindari dinas militer.

Perlu dicatat bahwa di antara gangguan-gangguan yang diderita para tentara Israel adalah kesepian dan keterasingan, keterpisahan paksa dengan sanak keluarga, kurang makan, minum dan tidur, dan tekanan yang luar biasa akibat ketidakmampuan mereka untuk memprediksi taktik-taktik gerilya, yang menyulitkan mereka untuk mengantisipasi waktu dan tempat penyerangan atau penyergapan berikutnya.

Mereka juga menjadi terbebani oleh tekanan-tekanan tempur lainnya, sampai-sampai pertahanan psikologis mereka menjadi lemah, dan kemudian terjadi gangguan psikologis, bersamaan dengan insomnia, penarikan diri, kebingungan, paranoid, ketidakpercayaan, perasaan teraniaya, dan eskalasi masalah-masalah sosial dan psikologis yang meningkat secara eksponensial.

Sementara perang Gaza telah membebankan biaya yang besar kepada Israel dalam hal korban jiwa dan cedera fisik, gangguan psikologis telah menyebabkan ribuan tentara mencari pengobatan. Karena stres pasca-trauma, orang-orang mulai hidup dalam keadaan terisolasi secara psikologis, dengan fenomena tangisan yang menyebar di antara para tentara.

Banyak yang menggunakan jenis kekerasan yang paling parah untuk melampiaskan tekanan yang membuat mereka tertekan.

photo
Tumbangnya Narasi Israel - (Republika)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement