REPUBLIKA.CO.ID, SAMBAS -- Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir Universitas Muhammadiyah Jakarta (PSPP UMJ) melakukan pendampingan teknis pada pembangunan kilang ubur-ubur di Desa Sebulus, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat. Pendampingan dilakukan berkala yang telah dimulai sejak Desember 2023.
Kilang ubur-ubur tersebut merupakan project Desa Berdikari yang bekerja sama dengan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia. Penetapan lokasi bagi program pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Paloh ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan.
Sebelumnya telah dilakukan riset pemetaan potensi desa baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta daya dukung aparat setempat. Ketua PSPP UMJ Dr. Endang Rudiatin, M.Si., menerangkan bahwa dari beberapa pertemuan dengan DEKS BI, dihasilkan keputusan untuk membangun kilang multifungsi ubur-ubur dan lobster.
“Pertimbangannya ialah terdapat beberapa bulan masa tidak ada ubur-ubur dari bulan Mei hingga Maret di tahun berikutnya, padahal pada waktu tersebut biasanya ubur-ubur kerap datang, dan menyebabkan kilang tidak berfungsi,” ungkapnya.
Musim menangkap ubur-ubur dapat dikatakan sebagai waktu yang membawa keuntungan cukup besar bagi nelayan. Kilang ubur-ubur multifungsi yang digagas oleh tim peneliti dari PSPP UMJ merupakan prototipe yang diproyeksikan menjadi percontohan bagi seluruh kilang ubur-ubur di Kecamatan Paloh.
Hal itu tidak menutup kemungkinan juga untuk seluruh pesisir di Indonesia yang disenangi habitat ubur-ubur. Pembangunan kilang ubur-ubur diharapkan dapat dilanjutkan setelah musim ubur-ubur pada akhir Mei, dan rampung pada Juni 2024 untuk diresmikan oleh Bank Indonesia.
Pemberdayaan masyarakat nelayan Dusun Ceremai ini termasuk di Area Kawasan Konservasi Pesisir Paloh, oleh karenanya PSPP UMJ juga bermitra dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalbar. Melalui program ini, PSPP UMJ mendapatkan apresiasi dari Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, Pulau-pulau Kecil, dan Pengawasan Dionisius Endy Vietsaman.
Selain melakukan pemberdayaan masyarakat nelayan dalam peningkatan taraf hidup, PSPP juga mengedukasi para nelayan agar dapat menjaga lingkungan konservasi berupa hutan mangrove dan bakau. Maka dari itu kedua lembaga kemungkinan akan lebih sering melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat Desa Sebubus dan Temajuk.
PSPP UMJ juga menggandeng Universitas Muhammadiyah Pontianak dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sambas sebagai bagian dari kinerja struktural domestik dalam organisasi Muhammadiyah.
Diketahui PSPP UMJ akan menggelar workshop dan konferensi internasional bertema "Cliamte Change adaptation and Mitigation in Coastal Communities: Best Practice and Lesson Learn," pada Oktober 2024 mendatang.
"Kami berharap workshop dan konferensi ini menjadi ajang diseminasi dan sharing session tentang hasil peneltian dan pengembangan metodologi yang tepat bagi penelitian dan pemberdayaan masyarakat perbayasan, pesisir, dan kawasan konservasi pesisir. Selanjutnya dapat dimanfaatkan bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat perbatasan, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta kawasan konservasi," ungkap Endang.