Rabu 08 May 2024 19:59 WIB

Kasus TBC di Jakarta Tinggi, Pj Heru: Pakai Masker di Tempat Ramai

Upaya menekan kasus TBC jadi prioritas Pemprov DKI Jakarta.

Rep: Bayu Adji P / Red: Andri Saubani
Warga mengenakan masker saat beraktivitas.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga mengenakan masker saat beraktivitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencanangkan Kampung Siaga Tuberkulosis (TBC), Rabu (8/5/2024). Keberadaan Kampung Siaga TBC itu diharapkan dapat menekan kasus penyakit tersebut di wilayah DKI Jakarta. 

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, kasus TBC di wilayah DKI Jakarta saat ini masih cukup tinggi. Ia menyebutkan, pada tahun lalu ditemukan sekitar 60 ribu kasus TBC di Jakarta. Karena itu, ia menginstruksikan seluruh jajaran untuk mewujudkan Kampung Siaga TBC dan merealisasikan Jakarta bebas TBC pada 2030. 

Baca Juga

"TBC ini adalah penyakit yang saya sebut seperti kapal selam. Dia diam, tidak ada suara, terus maju menularkan masyarakat Jakarta. Jadi, saya minta camat dan lurah, dan tentunya wali kota, bupati untuk konsisten bisa menurunkan TBC," kata dia, Rabu.

Heru menambahkan, upaya untuk menekan kasus TBC merupakan prioritas Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, dalam Undang-undang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) mengatur agar APBD dialokasikan untuk menanggulangi penyebaran TBC di Jakarta.

 

Ia mencontohkan, dalam UU DKJ ada pengalokasian sekitar 5 persen APBD ke kelurahan. Menurut dia, anggaran itu bisa digunakan untuk menuntaskan kasus TBC. 

"Ini bisa untuk program menuntaskan TBC," kata dia.

Menurut Heru, saat ini semua wilayah di DKI Jakarta memiliki kerentanan untuk bisa menjadi tempat penularan TBC, khususnya kawasan permukiman padat. Apalagi, apabila sirkulasi udara di rumah itu kurang memadai. 

"Begitu juga masyakarat yang tinggal di tempat yang tertata juga bisa tertular kan. Contoh, tadi dari yang saya sebutkan misalnya kalau anak, anaknya sehat, tapi anaknya di dalam salah satu kelas itu tertular ada TBC kan bisa tertular juga," kata dia.

Karena itu, ia mengimbau masyarakat yang sering beraktivitas di tempat keramaian untuk menggunakan masker. Ia juga mengimbau masyarakat yang sedang tidak sehat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Kalau merasa kurang sehat, dia terindikasi TBC, ya, kurangi aktivitas, pakai masker dan tentunya berobat," kata Heru.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, pada 2023 di Jakarta ditemukan 60.420 kasus TBC baru. Dari total kasus itu, 16 persen di antaranya atau sebanyak 9.684 merupakan pasien anak. 

Menurut dia, dari seluruh penderita TBC baru tiap tahunnya, ternyata 14 persen di antaranya belum menjalani pengobatan dengan alasan tidak percaya bahwa dirinya menderita TBC atau takut diberhentikan dari pekerjaan atau dikucilkan masyarakat. Selain itu, sebanyak 14 persen pasien lainnya putus berobat. Padahal, pengobatan TBC telah diberikan secara gratis.

”Ini menyebabkan insidensi TBC di DKI Jakarta masih tinggi, yaitu sebesar 535 per 100 ribu penduduk. Sementara target eliminasi TBC yang telah ditetapkan secara nasional adalah 65 per 100 ribu penduduk," kata Ani.

Karena itu, pihaknya memiliki tugas untuk menurunkan insidensi TBC dari 60.420 kasus pada tahun 2023, menjadi sekitar 6.901 kasus pada tahun 2030. Artinya angka temuan kasus TBC pada 2030 maksimal hanya 1/8 dari kondisi saat ini.

Ani menilai, Kampung Siaga TBC merupakan salah satu upaya untuk menuntaskan kasus penyakit itu. Kampung Siaga TBC nantinya akan dibuka di 267 RW, yang akan dibangun mulai hari ini hingga September 2024.

Upaya itu akan dilanjutkan dengan Inovasi Percepatan Penanggulangan TBC dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar terkait TBC, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dan promosi kesehatan yang masif di setiap Kampung Siaga TBC yang telah terbentuk. "Pada Oktober 2024 nanti, akan dilaksanakan pemberian apresiasi kepada lima Kampung Bebas TBC terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan," kata dia.

 

photo
Gejala tuberkulosis pada anak. - (Dok Republika)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement