Senin 02 Jun 2025 17:47 WIB

PDIP Komentari Pertemuan Megawati dan Prabowo: Beliau Berdua Bersahabat Sejak Lama

Prabowo dan Mega bertemu di puncak Peringatan Hari Pancasila

Ketua DPP PDIP Said Abdullah mengapresiasi pertemuan Prabowo dengan Megawati.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua DPP PDIP Said Abdullah mengapresiasi pertemuan Prabowo dengan Megawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Prof Dr Hj Megawati Soekarnoputeri selaku Ketua Dewan Pengarah BPIP bersama Presiden Prabowo Subianto hadir pada puncak peringatan hari Pancasila.

Ketua DPP PDIP, M H Said Abdullah, menilai hal ini sebagai wujud kenegarawanan beliau berdua. “Kita semua tahu Ibu Mega dan Pak Prabowo bersahabat sejak lama. Hubungan beliau berdua terajut dengan baik sejak lama, baik dalam konteks politik, apalagi dalam urusan strategis, menyangkut ideologi negara Pancasila,” kata dia, kepada media di Jakarta, Senin (2/6/2025).

Baca Juga

Apalagi dalam waktu sebelumnya, 9 April 2025 lalu Presiden Prabowo telah berkunjung silaturahim ke rumah Ibu Mega di Menteng.

“Kita patut junjung tinggi jiwa penghormatan yang diberikan oleh Presiden Prabowo kepada tokoh tokoh bangsa, sebelumnya beliau juga berkunjung ke kediaman para pemimpin negara,” kata dia sembari menambahkan, “Saya kira ini modal penting bagi pemerintah kedepan untuk membangun stabilitas politik dan melaksanakan pembangunan,” ujar dia.

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyebut Ibu Mega paling awal dalam sambutannya, sebelum menyebut tokoh tokoh lainnya.

Sangat terlihat Presiden Prabowo memberi tempat terhormat kepada Ibu Mega, baik selaku Presiden kelima, maupun sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. “Saya kira ini melampaui hubungan urusan pragmatis politik,” kata dia.

Presiden Prabowo juga menegaskan bahwa pentingnya kita sebagai bangsa untuk bersatu, agar menjadi bangsa yang kuat, menghadapi berbagai tantangan kebangsaan dan kenegaraan yang tidak mudah.

“Dan saya kira Ibu Mega menyambut baik gagasan dan pikiran pikiran Presiden Prabowo dalam peringatan Hari lahir Pancasila ini,” ujar dia.

Said menyebut Ibu Mega dan Presiden Prabowo juga melanjutkan tradisi dari para pemimpin bangsa sebelumnya.

Dahulu banyak tokoh tokoh politik bangsa yang berbeda haluan politik, berbeda dalam menempuh jalan kebijakan, namun mereka semua bisa berhubungan baik, menjaga silaturahim, bahkan saling tunjuk untuk menjadi imam sholat berjamaah bersama.

“Kita juga teringat bagaimana Buya Hamka menjadi imam sholat jenazah Presiden Soekarno, padahal hubungan mereka berdua cukup keras dalam soal politik,” tutur dia.

PDI Perjuangan sendiri mentradisikan Bulan Juni sebagai Bulan Bung Karno, bulan dimana Bung Karno membacakan naskah pidato Pancasila untuk pertama kalinya pada 1 Juni 1945, pada tanggal 6 Juni 1901 Bung Karno dilahirkan dan 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.

“Bagi PDI Perjuangan Bulan Juni adalah bulan yang spesial, bulan yang menyejarah atas lahirnya ideologi dan pemimpin besar bangsa dan negara ini,” kata dia.

Dan sebagai tokoh yang sama sama nasionalistis, Ibu Mega dan Presiden Prabowo tentu tersambung secara batiniah, terutama atas panggilan sejarah, dan kebutuhan masa depan Indonesia.

“Hal hal seperti ini hanya bisa dimaknai dan dipahami oleh mereka yang memang sudah zuhud dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga cara pandang kita tidak semata politik lahiriah yang cenderung naik turun, dinamis,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement