Selasa 02 Apr 2024 13:10 WIB

Guru Besar Sosiologi UGM Tuding Intervensi Jokowi Buat Suara Ganjar Turun

Presiden Jokowi masif membagikan bansos di kantong suara Ganjar di Jateng.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Suasana sidang gugatan Pemilu 2024 yang diajukan pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (2/4/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana sidang gugatan Pemilu 2024 yang diajukan pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (2/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Suharko mengatakan, secara legal Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukanlah pejawat (incumbent) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Namun, ada efeknya ketika capres Prabowo Subianto memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Meski Jokowi tidak pernah menyampaikan arah dukungannya pada Pilpres 2024, sambung dia, Gibran sebagai putra sulungnya dipandang publik sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo. Hal tersebutlah yang membuat penyaluran bantuan sosial (bansos) berefek mengarah ke pasangan calon nomor urut 2 itu.

Baca: Presiden Jokowi Resmi Tunjuk Marsdya Mohamad Tonny Harjono Jadi KSAU

"Jadi dalam hal ini saya melihat ketika Jokowi, misalnya turun ke masyarakat membagi-bagikan bansos, ya dalam persepsi publik, saya kira adalah dia bagian dari petahana," ujar Suharko sebagai saksi ahli dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

Menurut dia, Jokowi juga dianggap publik mendukung Prabowo-Gibran lewat gerakan dan simbolnya, bukan dari pernyataannya. Saat Jokowi langsung membagikan bansos ke masyarakat, Suharko memandang, hal itu sebagai upaya meningkatkan ketokohannya yang dianggap berafiliasi dengan pasangan calon nomor urut 2.

Baca: Mengenal Pangdam Jaya Mayjen M Hasan, Eks Pengawal Jokowi

Kemudian, ia menilai, pembagian bansos terjadi di daerah yang notabenenya merupakan lumbung suara dari Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Salah satunya adalah pembagian bansos yang masif di Jawa Tengah (Jateng) menjelang pencoblosan pada 14 Februari 2024.

"Ketika dengan gerakan-gerakan atau mimik simbolik yang mengatakan dukunglah mungkin paslon nomor 2, saya kira preferensi pemilih akan terpengaruh ke sana," ujar Suharko yang dihadirkan kubu pasangan Ganjar-Mahfud.

Baca: SBY dan Prabowo, Penghuni Paviliun 5A Akmil yang Jadi Presiden

Dia pun menilai, ada korelasi gerakan Jokowi yang membuat suara pasangan Ganjar-Mahfud turun. "Jadi saya kira kenapa suara lumbung nomor 3 itu turun? karena memang by design tim pemenangan paslon 2 melalui Pak Jokowi itu memang intensif melakukan upaya-upaya turun ke masyarakat, dan kemudian dia hadir," ucap Suharko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement