Ahad 03 Mar 2024 23:32 WIB

Dua Bayi Bekantan dari Kelompok Alpha Lahir di Pulau Curiak

Bekantan termasuk primata endemik terancam punah.

Bekantan, jenis primata hidung panjang yang hidup liar di ekoriparian Sungai Hitam, Kelurahan Kampung Lama, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Foto: Republika/ Intan Pratiwi
Bekantan, jenis primata hidung panjang yang hidup liar di ekoriparian Sungai Hitam, Kelurahan Kampung Lama, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan kembali menyambut kelahiran dua bayi bekantan dari dua indukan betina kelompok Alpha.

"Kemunculan bayi bekantan ini terlihat saat kami melakukan patroli rutin di area Camp Tim Roberts hari ini," kata Amalia Rezeki selaku Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) di Banjarmasin, Ahaf (3/3/2024).

Baca Juga

Dia menjelaskan, kelahiran dua bayi bekantan itu merupakan sebuah capaian yang luar biasa bagi kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI. Masyarakat nelayan setempat juga telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di dunia.

Dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang sering disapa Amel itu mengungkapkan, sepanjang awal tahun ini sudah terdapat tiga ekor kelahiran bayi bekantan di kawasan Camp Tim Roberts, yang merupakan bagian dari kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak yang berada di luar kawasan konservasi.

Sehingga total populasi bekantan yang termasuk primata endemik terancam punah di kawasan ini mencapai 46 ekor. Jumlah tersebut bertambah dari 14 ekor ketika awal dibangun sebagai pusat riset bekantan oleh SBI foundation.

Pegiat konservasi satwa liar Ferry F. Hoesain mengapresiasi upaya Amel dan timnya yang telah berhasil mewujudkan sinergi kerja pentahelix yang strategis dalam upaya pelestarian bekantan dan membuka harapan untuk peningkatan populasi bekantan sebagai maskot fauna Kalimantan Selatan.

Sedangkan guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hadi Sukadi Alikodra yang merupakan peneliti senior bekantan turut menyambut gembira atas kelahiran dua bayi bekantan di Pulau Curiak itu.

“Alhamdulillah selamat untuk keberhasilan proteksi bekantan, lanjutkan hingga tercapainya hidup bahagia bagi masyarakat desa sekitarnya," katanya.

Pada sisi lain, Prof Tim Roberts dari University of New Castle Australia, yang namanya diabadikan di kawasan riset dan konservasi bekantan ini mengapresiasi kerja keras tim SBI dalam upaya pelestarian bekantan sehingga terus bertambah didukung ekosistem lingkungan lahan basahnya.

Camp Tim Roberts adalah wahana riset bekantan dan ekosistem lahan basah yang berada dalam kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak. Wahana ini dilengkapi dengan fasilitas, seperti trek yang juga berfungsi sebagai transek, menara pantau, rumah mangrove, green house rambai, pendopo untuk ruang diskusi, dan beberapa gazebo, serta ecolodge.

Kawasan ini didirikan pada 15 Januari 2020 oleh Yayasan SBI bekerja sama dengan ULM dan University Of New Castle Australia. Nama Tim Roberts didedikasikan kepada Prof Timothy Roberts Killgour dari University of New Castle Australia, yang telah berjasa dalam pendirian Stasiun Riset Bekantan dan membangun jaringan kerja sama antara University of Newcastle dengan SBI foundation.

Pulau Curiak memiliki ekosistem lahan basah dengan didominasi vegetasi tumbuhan mangrove Rambai (Sonneratia caseolaris). Adapun jenis satwa yang menghuninya selain bekantan, antara lain lutung, elang bondol, elang tikus, elang brontok, pekaka emas, burung paruh katak Borneo, dan juga buaya muara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement