Rabu 07 Feb 2024 16:04 WIB

Penegasan Jokowi tak akan Berkampanye Usai Gelombang Petisi Sivitas Akademika

Penegasan Jokowi tak akan kampanye disampaikan sepekan jelang hari pencoblosan pemilu

Presiden RI Joko Widodo bertemu dengan sejumlah pengurus PSI, di antaranya Ketum Kaesang Pangarep akhir pekan lalu. Pada hari ini, Jokowi menegaskan tidak akan berkampanye.
Foto:

Co-Kapten sekaligus Ketua Harian Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ‘AMIN’ Sudirman Said meminta pemerintah untuk tidak mengabaikan suara sivitas akademika dari berbagai perguruan tinggi. Para sivitas akademika belakangan ini diketahui mengungkapkan kekecewaan mengenai kondisi politik saat ini yang dianggap menyimpang dari demokrasi.

Sudirman menuturkan, banyaknya suara kritis dari sivitas akademika juga jangan dianggap sebagai ancaman. Menurutnya, banyaknya kritikan dari para guru besar dari universitas di Indonesia hendaknya dipandang sebagai peringatan atau alarm tanda bahaya.

“Ibarat mobil, peringatan para akademisi dan guru besar itu adalah spion, lampu sein, speedometer, juga rem. Kalau kita andaikan suara para cendekiawan, itu sama dengan mencopoti satu per satu alat kontrol, maka kendaraan yang kita tumpangi bisa mengalami kecelakaan. Bangsa ini tidak ingin celaka, karena itu jangan copoti perangkat-perangkat peringatan tanda bahaya,” kata Sudirman dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada periode awal kepemimpinan Jokowi itu menyebut, suara dari perguruan tinggi harus dipandang sebagai masukan berharga untuk memperbaiki kondisi kehidupan sistem demokrasi di Indonesia hari ini hingga ke depan.

 

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo pun memberi respons terkait gelombang para sivitas akademika yang menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi demokrasi nasional. 

"Saya hanya menyampaikan saja demokrasi kita berada pada jurang, maka masyarakat sipil tokoh agama, tokoh masyarakat, mengingatkan termasuk kampus," kata Ganjar ditemui awak media di De Tjolomadoe, Karanganyar, Rabu (7/2/2024). 

Ganjar mengatakan kampus mempunyai mimbar kebebasan. Dan apabila sudah banyak yang menyuarakan keprihatinan atas demokrasi itu adalah lantaran nurani para akademis. 

"Ingat, kampus itu punya kebebasan mimbar akademik maka kalau mereka menyuarakan maka itu pasti nuraninya yang ada, nggak mungkin lah orang tua mau dikatakan anda berpihak ini karena elektoral, ini menyakitkan buat mereka. Karena para profesor yang sudah sepuh menyampaikan aku mau cari apalagi kalau soal ini," katanya. 

Ganjar juga mengatakan jika ada narasi tandingan menurutnya hal tersebut telah. Bahkan ia mengatakan menyakitkan jika untuk menunjukkan kebenaran harus membelokkan kejujuran dan fakta. 

"Bahkan ketika ada yang diminta untuk membuat tandingan membuat statemen dukungan pada pemerintah menurut saya telat. Telat dari sisi pikiran, telat dari sisi waktu. Dan membelokkan sebuah kejujuran dan fakta itu akan menyakitkan buat menunjukkan sebuah kebenaran," katanya. 

Ganjar juga sempat menyinggung soal dugaan polisi yang menghubungi Rektor Unika Soegijapranata Ferdinandus Hindarto untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ia mengatakan mimbar akademik harusnya dihormati. 

"Dan kebebasan mimbar akademik itu harus kita hormati, Terbukti yang dikatakan rektor Unika kami tidak mau, kami berharap pada sikap ini dan kami netral dan itu adalah sikap yang luar biasa. Sayang indikatornya ada oknum kepolisian yang melakukan temen temen dari kepolisian mari kita jaga Bhayangkara kita agar kemudian tidak tercemari oleh tindakan tindakan. Dan siapapun yang memerintahkan akan menghancurkan institusi ini. Sebagai anak politisi saya tidak terima kalau soal itu," katanya. 

"Ya itulah yang sudah dibantah dan sudah diceritakan dan dari rektor sudah menyampaikan kami tetap netral dan itu ada rilisnya menurut saya itulah sikap independen kampus tiska pernah takut ketika harus menyuarakan kebenaran dan jangan paksakan itu menggunakan instrumen negara," katanya menambahkan.

photo
Pemilu 2024 dalam Angka - (Infografis Republika)

 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement