Senin 08 Jan 2024 18:44 WIB

Jokowi: Kondisi Utang Masih Baik dan Aman, Masih di Bawah 40 Persen

Presiden Jokowi sebut kondisi utang luar negeri Indonesia aman, di bawah 40 persen.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Jokowi saat berdialog dengan masyarakat di Gudang Bulog Kota Serang, Banten, Senin (8/1/2023). Presiden Jokowi sebut kondisi utang luar negeri Indonesia aman, di bawah 40 persen.
Foto: (ANTARA/Desi Purnama Sari)
Presiden Jokowi saat berdialog dengan masyarakat di Gudang Bulog Kota Serang, Banten, Senin (8/1/2023). Presiden Jokowi sebut kondisi utang luar negeri Indonesia aman, di bawah 40 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, rasio utang luar negeri Indonesia diperbolehkan hingga maksimal 60 persen dari gross domestic product (GDP). Jokowi menyebut aturan ini sesuai dengan ketentuan undang-undang.

“Ya, kalau kita, kita ini di pemerintahan dalam berbangsa dan bernegara itu semuanya mengacu pada undang-undang. Undang-undang kan memperbolehkan sampai maksimal 60 persen,” kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Serang, Banten, Senin (8/1/2024).

Baca Juga

Jokowi juga menegaskan, kondisi utang luar negeri Indonesia terhadap GDP saat ini masih baik dan aman. Utang luar negeri Indonesia, kata dia, masih di bawah 40 persen.

“Kita juga harus melihat bahwa utang kita dibanding dengan GDP itu masih pada kondisi baik dan amanlah, masih di bawah 40 (persen) kan,” kata dia.

Ia pun menyebut rasio utang luar negeri di berbagai negara besar bahkan ada yang mencapai 260 persen. Selain itu, Jokowi juga menyebut ada negara tetangga yang memiliki rasio utang luar negeri sebesar 66 persen hingga 120 persen dari GDP.

“Ingat, di negara-negara besar itu sudah ada yang 260 persen, ada yang 220 persen, ada yang di tetangga kita, nggak saya sebut negaranya, ada yang 120, ada yang 66 persen,” ujar Jokowi.

Jokowi pun menekankan, yang paling penting utang luar negeri tersebut digunakan untuk kepentingan produktif dan bisa memberikan return kepada negara. Dengan demikian, negara bisa membayar utang tersebut.

“Saya kira yang paling penting utang itu harus dipakai untuk kepentingan-kepentingan yang produktif, yang bisa memberikan return kepada negara, sehingga negara bisa membayarnya, dengan juga adanya kenaikan GDP kita dari tahun ke tahun, periode ke periode, saya kira yang penting itu,” ujar Jokowi.

Seperti diketahui, dalam debat capres semalam, capres Prabowo Subianto mempertanyakan pernyataan capres Anies Baswedan terkait rasio ideal utang luar negeri yang harus berada di bawah 30 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Pak Anies perlu belajar ekonomi lagi, ya, ‘kan. Kalau bilang ideal 30 persen, dasarnya apa?” kata dia saat menanggapi pernyataan Anies dalam debat ketiga capres Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024) malam.

Prabowo menjelaskan bahwa Arab Saudi dan Rusia memang memiliki rasio utang luar negeri terhadap PDB yang lebih rendah dari Indonesia. Hal itu juga tak terlepas dari faktor kekayaan sumber daya alam yang luar biasa di dua negara tersebut.

“Yang di bawah kita yaitu Arab Saudi, Rusia, itu negara-negara yang punya sumber daya alam yang luar biasa. Tetapi, 40 persen-nya (rasio utang terhadap PDB RI) itu salah satu yang terendah (di dunia) sekarang,” ujarnya.

Sebelumnya, Anies mempertanyakan standar presentase yang ideal terkait perbandingan utang luar negeri dengan PDB Indonesia.

“Kita di Indonesia, kalau kita termasuk yang terbaik, berapa angkanya? Menurut hemat kami, kita harus mencapai angka maksimal 30 persen dari PDB sehingga kita aman di bawah 30 persen,” kata Anies.

Prabowo pun menjelaskan bahwa utang luar negeri Indonesia dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) nasional menjadi salah satu terendah di dunia. “Kita berada di sekitar 40 persen (rasio utang terhadap PDB), sedangkan banyak negara jauh dia atas kita,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement