Kamis 28 Dec 2023 10:19 WIB

BNPB Tekan Sejumlah Dampak Bencana Sepanjang 2023

Penekanan angka dampak bencana alam juga dapat diukur dengan jumlah korban meninggal.

Tim BNPB mengoperasikan helikopter untuk melakukan water bombing pemadaman kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (26/8/2023). Upaya pemadaman kebakaran oleh tim gabungan di hari ke-8 tersebut masih terus dilakukan dengan menggunakan sistem water bombing pada siang hari dan pemadaman manual dari lokasi titik api pada malam hari.
Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Tim BNPB mengoperasikan helikopter untuk melakukan water bombing pemadaman kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (26/8/2023). Upaya pemadaman kebakaran oleh tim gabungan di hari ke-8 tersebut masih terus dilakukan dengan menggunakan sistem water bombing pada siang hari dan pemadaman manual dari lokasi titik api pada malam hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama seluruh pemangku kepentingan terkait berhasil menekan sejumlah dampak bencana alam sepanjang 2023. "Kita tidak bisa menekan frekuensi bencana, seperti banjir dan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) yang berkaitan dengan daya tampung manusia. Tapi, BNPB bersama stakeholder terkait bisa menekan dampaknya, dihitung dari frekuensi bencana dan rumah rusak," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara Disaster Briefing yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, ia mengemukakan pihaknya berhasil menekan angka kerusakan rumah, dengan 32.809 rumah rusak dari 4.878 bencana alam yang terjadi sepanjang 2023. Angka tersebut, sambungnya, menunjukkan penurunan dari 95.403 rumah rusak dari 3.544 bencana alam pada 2022, serta 158.659 rumah rusak dari 5.402 jumlah bencana alam pada 2021.

Baca Juga

Selain itu, ia menyebutkan penekanan angka dampak bencana alam juga dapat diukur dengan jumlah korban meninggal dibandingkan dengan korban terdampak. "Ini menggambarkan respons cepat penanganan korban terdampak. Kalau kita bandingkan keseluruhan, berapa exposed population terdampak dan korban jiwa yang ada, itu bisa kita tekan di 2023 ini," ujarnya.

Berdasarkan data yang sama, ia mengemukakan pihaknya berhasil menekan angka korban yang meninggal atau hilang menjadi 292 korban dari 8.601.616 korban terdampak pada 2023. Setelah pada 2022 terdapat 895 korban meninggal/hilang dari 6.087.878 korban terdampak, serta 815 korban meninggal atau hilang dari 8.265.462 korban terdampak pada 2021.

Adapun lonjakan perbandingan pada tahun lalu, ungkap dia, dipengaruhi oleh bencana gempa bumi yang meluluhlantakkan Cianjur, Jawa Barat. Dalam kasus bencana alam rutin seperti banjir, jumlah perbandingannya terbukti dapat ditekan.

Pada 2023 terdapat 84 korban meninggal atau hilang dari 4.045.458 korban terdampak yang disebabkan oleh 1.130 kasus banjir. Angka tersebut menurun dari 128 korban meninggal atau hilang dari 5.722.351 korban terdampak yang disebabkan oleh 1.531 kasus banjir pada 2022, serta 337 korban meninggal atau hilang dari 7.900.813 korban terdampak yang disebabkan oleh 1.794 kasus banjir.

"Karena kalau kasus banjir mutlak dipengaruhi respons, seberapa cepat kita melakukan penanganan terhadap korban dan semakin cepat kita melakukan operasi darurat, maka semakin mungkin dampak terhadap korban bisa berkurang," ucapnya.

Untuk itu, di pengujung 2023 ini ia mengimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mewaspadai adanya bencana alam yang bisa timbul sewaktu-waktu. Salah satunya dapat dengan mengupayakan apel kesiapsiagaan untuk memastikan ketersediaan alat, perangkat, personel, dan anggaran agar dapat menanggulangi bencana alam dengan efektif.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement