Selasa 19 Dec 2023 06:12 WIB

Masuk Musim Hujan, Tapi Panas Begitu Terik? Ini Penjelasannya

Suhu panas di sejumlah wilayah diperkirakan masih akan terjadi beberapa hari kemudian

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Teguh Firmansyah
Perkeja beraktivitas dibawahi terik matahari di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (18/12/2023).
Foto:

Hal itu kemudian dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara yang dapat terjadi mulai tanggal 23 Desember 2023 mendatang.

Andri juga menjelaskan, keberadaan pola tekanan rendah di sekitar LCS itu secara tidak langsung turut membentuk pola pertemuan serta belokan angin dan menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan awan hujan di sekitar Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Hal ini membuat dalam sepekan terakhir hujan dengan intensitas lebat masih terjadi di sebagian wilayah Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Memasuki musim penghujan, cuaca panas masih terasa signifikan di berbagai daerah Indonesia. Di Banten misalnya, suhu maksimum harian per 17 Desember mencapai 36,2 derajat Celsius, disusul Majalengka mencapai 36 derajat Celsius. Sementara itu di Jakarta, seperti yang diamati oleh Stasiun Meteorologi Tanah Merah, mencapai 35,2 derajat Celsius per 17 Desember.

Panasnya suhu yang terjadi di musim penghujan tersebut dinilai sebagai bagian dari efek pemanasan global dan perubahan iklim. “Memang secara gradual khususnya di wilayah tropis, efek dari pemanasan global dan perubahan iklim ini adalah naiknya temperatur secara gradual atau perlahan,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, saat dihubungi Republika, Senin (18/12/2023).

Ardhasena mengatakan bahwa secara keseluruhan, 2023 diklasifikasikan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat sepanjang sejarah Bumi. Sistem iklim Bumi yang terus memanas secara signifikan tersebut, juga dapat berpengaruh pada suhu dan cuaca di Indonesia.

Sementara itu peneliti klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin pada platform X menerangkan, deret hari kering tanpa hujan alias dry spells selama Desember memang terjadi di sebagian besar Jawa seiring memuncaknya El Nino. Kering di musim hujan juga disebabkan oleh intrusi massa udara kering dari Samudera Hindia Selatan Jawan dan Australia yang tengah musim panas. 

“Kering di musim hujan juga sebab intrusi massa udara kering dari Samudra Hindia selatan Jawa dan Australia yg sedang musim panas,” kata Erma, dikutip Selasa (19/12/2023).

Dia juga mengatakan, dampak El Nino semakin terasa pada Desember-Januari karena pendinginan suhu muka laut hingga lapisan termoklin dekat Papua baru terbentuk pada Desember. Menurut dia, kondisi itu kontras dengan pemanasan suhu di Samudra Pasifik. “Sebelumnya, wilayah dekat Papua masih hangat sisa La Nina yang belum luruh,” jelas dia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement