REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog dari Universitas Negeri Padang, Erianjoni, menilai maraknya kasus pembunuhan, termasuk di dalam keluarga disebabkan oleh faktor ekonomi. Menurut Erianjoni, pada zaman kemajuan teknologi dan informasi, orang jadi ingin lebih cepat untuk mendapatkan yang ia inginkan.
Padahal, kondisi ekonominya tidak atau belum memungkinkan. Dengan begitu, masalah ekonomi itu berlanjut menjadi tekanan sosial dan akhirnya berubah lagi menjadi persoalan mental.
“Saya rasa persoalan keluarga itu berawal dari masalah ekonomi. Tekan ekonomi terjadi karena adanya tekanan sosial. Dan ketika sudah jadi tekanan mental, orang akan kalap dan tidak lagi berfikir sesuai logika sampai tega membunuh anggota keluarga,” kata Erianjoni, kepada Republika.co.id, Kamis (14/12/2023).
Rekomendasi
-
Ngaku Jadi Dokter, Pria Ini Tipu Wanita Ratusan Juta Lewat Love Scamming
-
-
Kamis , 26 Jun 2025, 21:16 WIB
Siapkan Guru yang Cakap Digital, MPI PDM Tangsel-Kemendikdasmen Gelar Pelatihan
-
Kamis , 26 Jun 2025, 20:47 WIB
MK Putuskan Pemilu Nasional dan Daerah Harus Dipisah Minimal Dua Tahun, Ini Respons Kemendagri
-
Kamis , 26 Jun 2025, 20:36 WIB
Siap-siap, Coding dan AI Diajarkan untuk SD-SMP-SMA Mulai Tahun Ajaran Depan
-
Kamis , 26 Jun 2025, 20:35 WIB
Menteri Karding: Dibandingkan Bekerja di Dalam Negeri, Jauh Lebih Baik di Luar Negeri
-