Kamis 07 Dec 2023 19:42 WIB

Hamdan Zoelva: Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Kemunduran Demokrasi

Hamdan Zoelva sebut gubernur Jakarta ditunjuk presiden bentuk kemunduran demokrasi.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva. Hamdan Zoelva sebut gubernur Jakarta ditunjuk presiden bentuk kemunduran demokrasi.
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva. Hamdan Zoelva sebut gubernur Jakarta ditunjuk presiden bentuk kemunduran demokrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pakar Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) Hamdan Zoelva mengatakan pasal dalam RUU Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) yang mengatur bahwa Gubernur DKI Jakarta dipilih oleh presiden merupakan sebuah kemunduran demokrasi.

"Ini benar-benar memberikan kesimpulan yang sangat kuat, bahwa demokrasi mundur dan ini tidak boleh terjadi," kata Hamdan Zoelva, yang juga Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Baca Juga

Zoelva mengatakan bahwa RUU DKJ yang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI merupakan kemunduran bagi demokrasi di Indonesia yang sudah di bangun sejak lama.

Menurut dia, Jakarta merupakan kota terpenting di Indonesia sehingga RUU DKJ ini perlu dilawan dan ditentang agar demokrasi tidak mundur.

Ia menambahkan ketika gubernur ditunjuk langsung oleh presiden, maka kepala daerah tersebut akan tunduk kepada presiden. Dengan begitu, gubernur tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dengan masyarakat.

"Kalau gubernur tidak dipilih oleh rakyat hanya ditunjuk presiden, dia tergantung dengan komando presiden dan menjauh dari rakyat itu sangat berbahaya," tuturnya.

Zoelva mengatakan jika pasal penunjukan gubernur secara langsung oleh presiden itu disahkan, maka akan menjadi sejarah yang penuh masalah. Bahkan, dalam era Orde Baru pun, pemilihan gubernur tidak ditentukan langsung oleh presiden.

Zoelva meminta agar RUU DKJ tersebut dikaji kembali, agar demokrasi di Indonesia tidak mengalami kemunduran parah.

"Ini baru terjadi, sepanjang orde baru pun tidak pernah terjadi, gubernur pada pemerintah Soeharto itu diusulkan oleh DPRD dan ada tiga orang, sekarang baru pertama sekali dalam sejarah kita ada pemikiran untuk menunjuk seorang gubernur. Ini masalah besar," katanya.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Tito Karnavian sebelumnya mengatakan, Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) terkait dengan penunjukan gubernur dan wakil gubernur oleh presiden merupakan inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Tito menjelaskan, penunjukan gubernur dan wakil gubernur oleh presiden tercantum dalam pasal 10 RUU DKJ. RUU tersebut masih berupa draft yang disepakati oleh DPR, namun belum disampaikan ke pemerintah, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri.

Tito menegaskan pemerintah tidak setuju dengan poin yang disampaikan oleh DPR melalui RUU DKJ. Meski Jakarta nantinya tidak lagi berstatus sebagai ibu kota negara, mekanisme pemilihan kepala daerah akan dilakukan melalui pilkada.

"Pemerintah ingin  ada pilkada untuk memilih Gubernur Jakarta demi menghormati prinsip demokrasi yang sudah berlangsung, jadi tidak berubah, tidak ada penunjukan. Nanti seperti apa di DPR, kita sama-sama melihat," kata Tito.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement