Jumat 10 Nov 2023 05:10 WIB

Sudirman Said Blak-blakan Sinyal AMIN Menguat dan Mitos Cap Kanan Terhadap Anies

AMIN akan segera mengumumkan tim pemenang dalam waktu dekat.

Rep: Wahyu Suryana/Teguh/ Red: Teguh Firmansyah
Wawancara Republika dengan Sudirman Said, Kamis (9/11/2023).
Foto:

Jadi, kita harus membayangkan hubungan beliau dengan akar rumput sangat kuat. Ya, meskipun ada tokoh-tokoh yang disebut, tentu saja ada pengaruh tapi rasanya pertalian antara Muhaimin sebagai kader terbaik Nahdliyyin yang ada di PKB dengan akar rumput santri, NU, nahdliyin sangat kuat.

Begitu pula di Jabar, ada tokoh-tokoh yang pernah menjabat gubernur, tapi di sini ada Pak Aher dari PKS. Memang ini kompetisi yang menarik, Jawa ladang yang sangat besar karena 60 persen lebih ada di sini.

Tapi, insya Allah kedua orang ini, Anies dan Muhaimin bisa saling melengkapi. Kemudian, diterima dan didukung oleh mayoritas, bahkan di Jawa sekalipun.

Anies-Muhaimin masih terus ketiga, apa strategi mendongkraknya?

Masuknya Anies dalam kompetisi politik ini karena kehendak rakyat. Kenapa begitu, karena beliau tidak punya partai, bahkan boleh dikatakan partai-partai itu akhirnya mencalonkan Mas Anies karena dukungan rakyat yang bergelora.

Kedua, munculnya Koalisi Perubahan itu kan memang untuk menjawab keadaan sekarang. Yang kita tahu dari segi tata kelola, pemerintahan, praktek KKN itu mengalami pemburukan. KKN itu Korupsi Kolusi Nepotisme.

Perkembangan terkahir di MKMK itu diperkirakan membuka lahan baru yang subur bagi pendukung perubahan karena orang semakin tidak senang, semakin tidak percaya, semakin tidak suka dengan praktek yang sekarang.

Dan orang-orang itu akan pergi ke tempat yang mengibarkan bendera perubahan. Benar secara survei kita masih terus ada di rangking tiga, tapi dari tren yang tidak dipublikasikan sebetulnya ruangnya masih terbuka lebar.

Dalam waktu sejak September dideklarasikan, sekarang November, itu terus mengalami kenaikan. Kita melakukan triangulan shoot, melihat keadaan dari berbagai sudut, survei iya, tapi kehendak masyarakat seperti apa.

Kemudian, polling polling yang kita lihat selalu menempatkan Anies dan Muhaimin sebagai yang tertinggi, dan yang paling penting apa strategi, tidak ada jalan lain memenangkan ini, mengajak rakyat bersama agenda perubahan.

Sepertinya, kalau melihat keadaan sekarang itu jumlah itu semakin hari semakin banyak. Itu yang harus dipersiapkan bagaimana mengonversi itu menjadi suara.

Tapi memang kalau boleh memberi pandangan, orang yang bicara mengenai potensi menggunakan kekuasaan, jaringan-jaringan yang terkait otoritas, di tempat Pak Prabowo dan Gibran yang dilihat punya potensi oleh masyarakat.

Kami terus menyuarakan, termasuk ketika Anies bertemu Presiden, Pak Presiden, kita bertemu rakyat banyak yang mencintai bapak berharap Pak Presiden netral. Kalau presiden netral akan diikuti aparat-aparatnya.

Konflik PDIP dan Jokowi apakah jadi peluang bagi AMIN?

Kita tidak punya intensitas untuk berharap pada konflik, konfliknya itu konflik kompetisi saja. Tapi, memang kita akui, sebetulnya bukan soal pertarungan keduanya, tapi semakin jauhnya Presiden Jokowi dengan nilai-nilai, norma, kepatutan.

Itu membuat orang-orang bergeser ke kita, ke Anies dan Muhaimin, itu terasa di mana-mana. Kenapa, karena keduanya bagaimanapun ingin merepresentasikan keberlanjutan, sementara Anies ingin perubahan, perbaikan. 

Jadi, semakin banyak kejadian yang menunjukkan ketidakwajaran, ketidakpatutan, pelanggaran etik, pelanggaran hukum bahkan, itu akan menjadi berkah bagi pasangan Anies-Muhaimin.

Mungkin ini tidak enak dikatakan tapi situasinya begitu. Karena orang untuk pindah perlu alasan, itu akan jadi alasan kuat orang mengatakan enough is enough. Dan banyak yang mengamini kan.

Ada orang seperti Mas Gunawan Muhammad, bahkan orang seperti Butet menyiapkan video khusus, Mas Erros, itu semua pendukung-pendukung yang merasa kok begini, dan itu berpengaruh kepada pandangan masyarakat. Menengok kiri dan kanan, ya salah satu pilihannya ke Amin ini.

Apakah mungkin kalau menang satu putaran?

Ya kalau kata politisi asli ya, kalau politisi betulan itu politik seni kemungkinan, jadi bisa bisa saja. Tapi, secara hitungan berat lah ya, kita lebih baik menyusun langkah realistis yang bisa dicapai.

Tapi, semua pihak yang mendiskusikan kemungkinan dua putaran itu, bila Amin masuk putaran kedua potensi menangnya cukup besar.

Untuk putaran dua sudah ada strategi?

Katanya, dalam pemilu dua putaran itu yang menentukan sikap dari yang kalah di putaran pertama, mau ke mana. Jadi, kita sekarang berhubungan baik dengan semuanya, ya kompetisi tapi ini kompetisi politik, bukan permusuhan.

Tapi, kita terus membangun komunikasi, dengan frame bahwa bila untuk kebaikan yang lebih besar saya kira tidak ada salahnya untuk berkoalisi, bergandengan. Tapi, bukan seperti proses yang ditempuh Pak Prabowo dulu. Menyeberang begitu saja tanpa memberi tahu pendukungnya.

Anies sering dicap kanan, ada upaya untuk re-branding Anies?

Stempel kanan itu adalah kreasi fiksi yang dilontarkan orang-orang yang menyembunyikan kejahatan, dan kejahatan itu sekarang muncul satu per satu. Dengan alasan tidak ingin Anies masuk, maka dibuat Anies kanan.

Tapi, fakta membuktikan tidak begitu, dia orang moderat, bisa interaksi dengan siapapun, diterima kalangan manapun. Bahkan, partai pertama yang mencalonkan Nasdem, disusul Demokrat, disusul PKS, sekarang PKB

Jadi, stempel kanan itu luntur dengan sendirinya karena dua hal. Satu, selama memimpin Jakarta tidak terbukti dia diskriminasi. Dua, kejadian yang kita alami memberikan bukti orang-orang yang menuduh kanan ternyata menyembunyikan agenda yang busuk bagi negara ini.

Ketika ini mengalami degradasi stempel itu lenyap dengan sendirinya. Menurut saya sekarang tidak laku lagi untuk mengatakan, stempel ini intoleran, macam macam, paling NKRI itu tidak.

Karena, orang-orang yang terus mengibarkan paling NKRI ternyata menyuburkan kolusi, menyuburkan korupsi, menyuburkan penyimpangan-penyimpangan etik. Kita sekarang tidak punya beban itu.

Bahkan, kalau anda cek ke komunitas yang lebih majemuk, Anies jelas sebagai tokoh yang bisa mengayomi seluruh warga. Yang intoleran itukan saya dari kelompok gelas hanya bisa mengurusi gelas.

Tapi, yang baik boleh dari kelompok gelas, tapi ya ngurus tisu, ngurus bunga, ngurus handphone, ngurus semuanya, jadi mengayomi seluruh elemen. Saya kira selama di Jakarta selama lima tahun Anies membuktikan itu, sebagai pemimpin yang bisa menjangkau semuanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement