REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara bakal calon presiden Anies Baswedan, Sudirman Said, seketika menegakkan tubuhnya dari sandaran kursi. Kedua tangan ia taruh di atas meja melingkar.
Ia ingin Republika mencatat dengan baik soal pernyataan 'golongan kanan', yang kerap disematkan terhadap mantan gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Saya harus mengatakan ini dan tolong ditulis secara utuh," katanya dalam wawancara di sebuah ruangan di Hotel the Sultan, Kamis (9/11).
Stempel kanan itu, menurut Sudirman, adalah kreasi fiksi yang dilontarkan orang-orang yang menyembunyikan kejahatan. Fakta membuktikan tidak begitu.
"Dia (Anies) orang moderat, bisa interaksi dengan siapapun, diterima kalangan manapun. Bahkan, partai pertama yang mencalonkan Nasdem, disusul Demokrat, disusul PKS, sekarang PKB,"ujarnya.
Sudirman Said pun blak-blakan soal peluang Anies-Muhaimin yang saat ini sedang dalam tren positif. Ia optimistis pasangan AMIN bisa menang. Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi juga memberikan angin segar buat AMIN.
Berikut wawancara lengkap Republika, dengan Sudirman Said;
Apa visi misi besar yang diperjuangkan Anies-Muhaimin untuk memenangkan kontestasi?
Kalau tema besar visi misi sebetulnya adalah mendorong hadirnya keadilan, kesetaraan. Makanya, ada satu jargon kalimatnya adalah Indonesia adil makmur untuk semua.
Mengapa ke arah sana? karena disadari sejak kita berjuang, kita bersepakat sebagai bangsa 1928, kita bersepakat sebagai negara proklamasi 45, kita bersepakat , 1957 kita punya wilayah, satu wilayah. Nah, satu bangsa satu negara satu wilayah itu mesti diteruskan menjadi satu kemakmuran, itu pesan pesannya.
Bagaimana mencapai itu, pertama kita ingin memperbaiki orientasi pembangunan. Yang semula fokus kepada pertumbuhan sangat dominan, kita ingin pertumbuhan dengan pemerataan dan keberlanjutan dalam soal soal ekologi. Kedua, kita ingin memberi perhatian tidak hanya sektor, tapi regional.
Sumatra mau dibangun seperti apa, Kalimantan seperti apa, Jawa seperti apa, Sulawesi, NTB dan Bali sampai pada Papua dan pulau-pulau terluar. Ketiga, pembangunan kita orientasinya bukan semata menawarkan program pemerintah.
Tapi, harus bisa menyelesaikan masalah rakyat. Karena itu, ditanya dulu rakyat butuh apa bukan pemerintah ingin apa. Ini satu koreksi karena belakangan kita lihat seperti ada pemaksaan, pikiran dari pemerintah pasti lebih baik.
Kalau AMIN menang, apakah melanjutkan program-program Pak Jokowi?
Pertama, infrastruktur itu sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat warga negara bisa beraktivitas dengan baik. Jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, listrik itu bagian dari infrastruktur energi.
Kemudian, utility seperti saluran gas, internet, teknologi, IT, itu harus dilanjutkan, tapi akan diimbangi aspek-aspek lain. Misalnya, dalam industri kita ingin tidak sekadar mengejar industri besar yang seolah secara pertumbuhan cepat.
Tapi, industri pangan, industri makanan, industri perikanan peternakan. Bahkan, sebetulnya kalau kita bicara hilirisasi kita tidak ingin hanya fokus kepada soal mineral, tapi komoditi-komoditi yang memang sekarang kita masih menjual dengan mudah.
Mentah atau setengah matang, tapi belum sampai kepada tingkat nilai tambah yang tinggi, semangatnya itu. Jadi, infrastruktur sekali lagi tetap diperlukan, tapi akan diimbangi dengan mendorong industrialisasi.
Bicara soal IKN, apa yang mau dilakukan Amin terhadap IKN?
Bagaimana pun IKN sudah ada di undang-undang yang harus dijalankan. Namun kita akan mendengarkan aspirasi masyarakat.
Setelah terpilih menjadi presiden, siapapun harus kembali menata ulang program. Tapi, ada pandangan begini, Rp 466 triliun itu digelontorkan ke satu titik ada mau dibagi ke 20 atau 15 pusat pusat pertumbuhan baru.