REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi sosial, Foodbank of Indonesia (FOI), mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak membuang-buang makanan. Terlebih, data sampah makanan dalam negeri mencapai 20,93 juta ton dalam satu tahun.
"Jumlah sampah makanan yang hampir mencapai 21 juta ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara," kata pendiri FOI Hendro Utomo dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Ketika dapat melakukan pengurangan atau bahkan tidak membuat sampah makanan, menurut Hendro, itu artinya masyarakat sudah berkontribusi dalam peningkatan ketersediaan pangan di tengah ancaman krisis pangan global. Ia menyebut mengurangi limbah makanan sama artinya dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi tekanan terhadap lingkungan.
Mengutip estimasi World Food Programme (WFP) pada 2023, Hendro mengungkapkan terdapat lebih dari 345 juta masyarakat dunia akan menghadapi kerawanan pangan. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020.
Menurut Hendro, ketahanan pangan harus ditingkatkan bersama-sama, tidak hanya pemerintah, tetapi juga seluruh elemen bangsa. Meski ketahanan pangan Indonesia pada 2022 naik lima peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun posisi tersebut masih berada di paruh bawah pemeringkatan.
"Indonesia berada di peringkat 63 dari 113 negara, namun masih di paruh terbawah pemeringkatan yang berada di angka 60,2," ucapnya.