Selasa 29 Jul 2025 12:16 WIB

Konflik dan Cuaca Ekstrem Ancam Penurunan Angka Kelaparan Global

Konflik, inflasi, dan cuaca ekstrem terus memburuk.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga Palestina menggotong bantuan makanan yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Selama jeda aktivitas militer Israel, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi. Seruan dunia menguat agar Israel membuka blokade bantuan kemanusiaan ditengah bencana kelaparan akut di Gaza.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina menggotong bantuan makanan yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Selama jeda aktivitas militer Israel, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi. Seruan dunia menguat agar Israel membuka blokade bantuan kemanusiaan ditengah bencana kelaparan akut di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA — Angka kelaparan global tercatat menurun selama tiga tahun berturut-turut hingga 2024, menurut laporan lima lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, konflik bersenjata dan cuaca ekstrem akibat krisis iklim dinilai dapat mengancam kemajuan ini.

Dalam laporan "The State of Food Security and Nutrition in the World", PBB mencatat sebanyak 673 juta orang atau 8,2 persen populasi dunia masih mengalami kelaparan pada 2024. Angka ini menurun dari 8,5 persen pada 2023, tetapi masih lebih tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19 pada 2019 yang sebesar 7,5 persen.

Baca Juga

Laporan ini menyoroti tren jangka panjang dan tidak mencakup krisis akibat peristiwa-peristiwa terkini seperti konflik Israel-Gaza. Kepala Ekonom Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, Maximo Torero, menyebut peningkatan akses pangan di India dan Afrika Selatan sebagai pendorong utama penurunan global.

“Tentu, bila konflik terus tumbuh, maka kerentanan juga akan tumbuh, dan tekanan utang terus meningkat, angka (kelaparan) akan kembali naik,” kata Torero dalam pertemuan Pangan PBB di Ethiopia, Senin (28/7/2025).

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut menyampaikan keprihatinan. Dalam pidato melalui video konferensi, ia menyebut konflik di Gaza dan Sudan sebagai pemicu utama lonjakan kelaparan di sejumlah kawasan.

“Kelaparan menimbulkan ketidakpastian di masa depan dan merusak perdamaian,” ujarnya.

Menurut laporan, dua kawasan yang paling berhasil menekan angka kelaparan adalah Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di Amerika Selatan, tingkat kelaparan turun dari 4,2 persen pada 2023 menjadi 3,8 persen pada 2024. Sementara di Asia Selatan, angkanya turun dari 12,2 persen menjadi 11 persen.

Torero menjelaskan, keberhasilan Amerika Selatan ditopang oleh program pertanian dan sosial seperti makan di sekolah. Sedangkan di Asia Selatan, terutama India, kemajuan tercapai berkat semakin luasnya akses masyarakat terhadap pola makan sehat.

Namun, kondisi di Afrika sangat berbeda. Produksi pangan tak mampu mengejar laju pertumbuhan populasi, sementara konflik, inflasi, dan cuaca ekstrem terus memburuk. Pada 2024, satu dari lima penduduk Afrika atau sekitar 307 juta orang, mengalami malnutrisi parah.

“Kelaparan kini lebih lazim di Afrika dibanding 20 tahun lalu,” tulis laporan itu. PBB juga memprediksi Afrika akan menyumbang 60 persen dari total populasi kelaparan dunia pada tahun 2030.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement