Senin 06 Nov 2023 19:27 WIB

Viral Citra Radar Cuaca Melingkar Seakan Awan Hujan Jauhi Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Beredar gambar citra radar cuaca membentuk lingkaran kosong di tengah DIY.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Andri Saubani
Warga mengambil air di sumber air Dusun Duwet, Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (23/10/2023). Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2023 yang menyebabkan anomali kenaikan suhu permukaan yang lebih panas dan penurunan curah hujan.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga mengambil air di sumber air Dusun Duwet, Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (23/10/2023). Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2023 yang menyebabkan anomali kenaikan suhu permukaan yang lebih panas dan penurunan curah hujan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat dikejutkan dengan fenomena citra radar cuaca yang terlihat melingkar di langit DIY. Fenomena ini terjadi pada 4 November 2023 kemarin sekitar pukul 20.14 WIB, yang mana citra radar cuaca membentuk lingkaran kosong di tengah DIY seolah awan hujan menjauh dari pusat Kota Yogyakarta. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta mengatakan, hal tersebut terindikasi adanya fenomena Bright Band Echo dari Radar Cuaca Baron yang terletak di Mlati, Kabupaten Sleman. Namun, citra radar cuaca tersebut sudah terfilter oleh fitur koreksi dari radar cuaca sehingga membentuk pola seperti lingkaran. 

Baca Juga

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono menyebut, secara riil awan tersebut sebenarnya ada di seluruh wilayah DIY. Termasuk di wilayah yang terlihat kosong yakni di tengah DIY. 

Terbentuknya lingkaran tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan radar yang tidak bisa mendeteksi tegak lurus. Hal tersebut menjadikan citra radar tampak bolong, serta pola melingkar terjadi karena scanning radar yang memutar 360 derajat. 

"Itu bukan karena ada sesuatu, sebenarnya awan itu berada di seluruh wilayah DIY. Yang kosong itu karena keterbatasan dari radar cuaca untuk melihat ke atas yang hanya mampu 65 derajat atau 75 derajat dari elevasinya, sehingga di tengah-tengahnya tidak tercover atau tidak terambil oleh citra darar. Jadi posisi awannya tinggi, sehingga kelihatan bolong, padahal sebenarnya ada awannya," kata Warjono kepada Republika, Senin (6/11/2023). 

Warjono menjelaskan, berdasarkan Cross Section yang dilakukan reflektivitas yang terdeteksi, dan dapat diterjemahkan sebagai awan di sekitar wilayah yang bolong atau kosong berada pada ketinggian enam sampai delapan kilometer. Pada ketinggian tersebut, menjadikan awan di wilayah yang kosong tidak terdeteksi oleh citra radar cuaca. 

"Fenomena Bright Band Echo terjadi jika ada butiran air atau awan di lapisan icing, dan biasanya hujan tidak sampai ke bawah atau hujan ringan saja," ucap Warjono. 

Meski begitu, Warjono menuturkan bahwa dari citra satelit pada 4 November tersebut, justru dapat menunjukkan adanya tutupan awan dengan suhu puncak awan berkisar antara (-48) hingga (-69) derajat celcius di DIY.  Dari citra satelit ini, kata Warjono, menunjukkan pada saat itu wilayah DIY secara umum tertutup awan yang mengindikasikan adanya potensi hujan di waktu tersebut. 

"Kita bisa melihat tutupan awan tersebut dari citra satelit. Tapi karena kelemahan dari citra radar cuaca yang ada di Mlati yang tidak bisa melihat ke atas, sehingga terlihat bolong, karena citra radar cuaca itu kan melihatnya dari bawah. Ini sebenarnya kelemahan dari citra radar cuaca yang tidak bisa melihat ke atas," jelasnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement