Ahad 05 Nov 2023 23:31 WIB

Hingga Akhir Tahun, Kerugian Bencana di Sukabumi Tembus Rp 5 Miliar

Januari hingga September 2023 terdapat 87 bencana tersebar di tujuh kecamatan

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Salah satu titik bencana longsor di Jalan Sudirman Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi.
Foto: riga nurul iman
Salah satu titik bencana longsor di Jalan Sudirman Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kerugian akibat bencana alam di Kota Sukabumi cukup tinggi. Pasalnya, dalam rentang waktu Januari hingga September 2023 lalu besaran kerugian akibat bencana mencapai Rp 5 miliar.

Dari data Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, sepanjang Januari hingga September 2023 terdapat 87 bencana yang tersebar di tujuh kecamatan. "Bencana ini berdampak kepada 88 kepala keluarga (KK)," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik, Ahad (5/11/2023).

Bencana inu merusak sebanyak 140 unit rumah yakni 14 unit rusak berat, 27 unit rusak sedang, dan 99 unit rusak ringan. Novian bersyukur puluhan bencana tidak menimbukan korban jiwa karena hanya kerugian materi saja.

Novian menerangkan, total kerugian akibat bencana ditaksir mencapai Rp 5.059.875.000. Kerugian terbesar berasal dari bencana kebakaran permukiman sebesar Rp 2.233.100.000 dengan prakiraan luas area terdampak 0,1903 hektare.

Disusul dengan tanah longsor Rp 1.907.850.000 prakiraan luas area terdampak 0,2529 hektare dan cuaca ekstrem Rp 644.150.000 prakiraan luas area terdampak 0,2179 hektare. Selain itu, taksiran kerugian banjir Rp 208.375.000 dengan prakiraan luas terdampak 1,6499 hektare.

Selanjutnya kata Novian, bencana angin kencang Rp 38.400.000 prakiraan luas area 0,99 hektare dan yang terendah berasal dari kebakaran lahan Rp 28.000.000 prakiraan luas terdampak 6,8562 hektare. Ia menuturkan, pada September 2023 merupakan frekuensi tertinggi bencana yang dilaporkan masyarakat tercatat 37 kasus.

Berikutnya disusul Maret 25 kasus, Februari 16 kasus, kemudian Mei 11 kasus, disusul Juni 10 kasus, Juli 8 kasus, Agustus 6 kasus dan terendah bulan Januari 1 kasus. "Bencana longsor paling mendominasi sebanyak 30 kali," jelasnya.

Bencana cuaca ekstrem dan kebakaran permukiman masing-masing 27 kali, disusul kebakaran lahan 26 kali, banjir 8 kali dan terendah angin topan atau beliung 6 kali. Novian pun merinci wilayah tertinggi bencana ada di Kecamatan Cikole yang tercatat ada 19 kali, Citamiang 16 kali, Gunungpuyuh 14 kasus, Lembursitu 13 kasus, Baros 11 kasus, Warudoyong 9 kasus dan terendah di Cibeureum 5 kasus.

"Untuk September 2023 tercatat 37 kasus kejadian dan kebakaran lahan menjadi bencana yang mendominasi sebanyak 26 kali kejadian," terang Novian. Berikutnya kebakaran permukiman dan cuaca ekstrem 4 kali kejadian.

Tingginya kasus kebakaran ungkap Novian, dikarenakan pada bulan itu anomali cuaca yang memasuki puncak musim kemarau. Selain kebakaran dilaporkan kejadian tanah longsor sebanyak 3 kali kejadian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement