Rabu 25 Oct 2023 00:03 WIB

Warga NU Diberi Pilihan Tertutup Tiga Pasang Capres-Cawapres, Ini Hasilnya Menurut Survei

Survei Alvara Research Center memotret pilihan politik warga NU jelang Pilpres 2024.

Sejumlah santri melambaikan tangan ketika mengikuti apel Hari Santri Nasional di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/10/2023). Kegiatan memperingati Hari Santri Nasional 2023 yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah hingga tokoh ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta ribuan santri tersebut mengangkat tema Jihad Santri, Jayakan Negeri.
Foto:

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil juga mengatakan, peta suara warga NU terhadap tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam survei terkini menunjukkan hal yang natural bagi NU. Di mana, kata dia, suara NU sejak dahulu memang tersebar dan tidak terarah ke kelompok tertentu saja. 

“Memang suara NU kan dari dulu tersebar ya. Tersebar di banyak partai dan di banyak calon-calon presiden. Jadi memang begitu. Ini natural saja. Suara NU itu sama dengan suara bangsa Indonesia, tersebar di mana-mana. Kyainya juga begitu, tersebar di mana-mana,” ujar Ulil ketika ditemui di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (25/10/2023). 

Dia mengatakan, PBNU sebagai lembaga resmi pun tidak akan mendikte suara warganya. Sebab, PBNU bukan kontestan politik. Dengan posisi tersebut, kata dia, PBNU tidak punya kapasitas untuk mengarahkan suara kepada kelompok tertentu. Dengan begitu, masing-masing warga NU punya suara yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

“PBNU bukan partai politik karena itu tidak mempunyai kapasitas untuk mengarahkan suara ke kelompok tertentu. Masing-masing warga NU punya suara yang berbeda-beda,” jelas dia.

Ulil menambahkan, PBNU punya panduan berpolitik yang dirumuskan dalam Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Yogyakarta, pada 1989. Di mana, panduan berpolitik PBNU itu berisi sembilan pedoman, yang salah satunya adalah memungkinkan adanya perbedaan aspirasi politik di antara warga NU dengan menggunakan cara yang berakhlak dan menghargai pilihan masing-masing

“Salah satunya adalah perbedaan aspirasi politik di antara warga NU itu dimungkinkan, tapi tidak boleh dilakukan dengan cara yang tidak berakhlak. Harus berakhlak, tawadhu, dan menghargai pilihan masing-masing,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement