Kamis 09 May 2024 22:23 WIB

Kasus DBD Naik, Warga Yogyakarta Diminta Rutin Berantas Sarang Nyamuk

Angka bebas jentik saat ini di Kota Yogyakarta baru sekitar 80 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Petugas melakukan pengasapan (fogging) pada kawasan pemukiman padat penduduk untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas melakukan pengasapan (fogging) pada kawasan pemukiman padat penduduk untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga Kota Yogyakarta diminta rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), termasuk menguras, menutup, dan mendaur ulang barang (3M plus). Hal ini mengingat kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat di Kota Yogyakarta.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut, kasus DBD sudah mencapai 99 kasus hingga April 2024. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan 2023 yang secara kumulatif tercatat hanya 86 kasus.

Baca Juga

“Secara umum memang sedikit naik kasus DBD di Kota Yogyakarta dibandingkan dengan tahun 2023. Kasus DBD pada bulan Januari ada 12 kasus, bulan Februari 27 kasus, Maret 33 kasus, dan pada bulan April menurun menjadi 27 kasus,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu belum lama ini.

Untuk menekan kasus DBD di Kota Yogyakarta agar tidak semakin meningkat, Endang pun meminta agar PSN dan 3M plus dilakukan dengan rutin oleh masyarakat. Bahkan, ia juga meminta seluruh tenaga kesehatan menggiatkan edukasi kesehatan publik sekaligus mengajak masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.

“Semoga angka kasus akan terus menurun dengan masyarakat melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), menguras, menutup dan mendaur ulang barang (3M plus),” ucap Endang.

Endang mengatakan PSN dapat dilakukan warga dengan menguras, menutup dan mendaur ulang barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, dimana nyamuk tersebut membawa virus DBD pada manusia.

Selain itu, untuk menanggulangi adanya nyamuk Aedes aegypti ini, warga juga dapat menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk. Termasuk memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, bahkan menggunakan obat anti nyamuk, dan upaya lain untuk meminimalisir potensi adanya perkembangbiakan jentik nyamuk.

Endang menuturkan, langkah yang dilakukan saat ini belum maksimal dalam memberantas DBD. Hal ini mengingat Kota Yogyakarta belum memiliki standar nasional angka bebas jentik (ABJ) dari Kementerian Kesehatan yakni di angka 95 persen.

Sementara, angka bebas jentik saat ini di Kota Yogyakarta baru sekitar 80 persen. Oleh karena itu, Endang menekankan perlunya kontribusi masyarakat dalam rangka menekan DBD, salah satunya melalui PSN dan 3M plus.  

“Sebenarnya penyebab utama meningkatnya DBD adalah mobilitas masyarakat itu sendiri. Namun karena keterbatasan kami yang belum memenuhi standar nasional atas ABJ, dimana standar dengan nilai 95, Kota Yogyakarta memiliki nilai 70-80 maka peran PSN ini menjadi efektif dan efisien untuk mengurangi jentik nyamuk,” jelas Endang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement