Rabu 04 Oct 2023 18:32 WIB

Taman Nasional Way Kambas Kebakaran, Diduga Akibat Ulah Pemburu Liar

Balai TNWK minta bantuan pemerintah untuk padamkan api dengan hujan buatan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Fuji Pratiwi
Seekor gajah berada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, Lampung, Jumat (15/10) (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika.
Seekor gajah berada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, Lampung, Jumat (15/10) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 200 hektare lebih lahan gambut di Taman Nasional Way Kambas terbakar. Kebakaran hutan tahun ini terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Humas Balai TNWK Lampung Timur, Sukatmoko, kepada Republika, Rabu (4/10/2023) menyampaikan, gajah dan badak yang terdapat di hutan TNWK, dalam kondisi aman dan sehat. Asap dan debu bekas kebakaran lahan gambut tidak terdampak serius pada kesehatan gajah dan badak di TNWK.

Baca Juga

Sedangkan, penyebab api, dia mengatakan saat ini kondisi hutan dan lahan gambut sekarang kering kerontang dan rentan terhadap percikan api. Hal itu dampak El Nino yang menyebabkan kemarau panjang lebih dari lima bulan terakhir.

"Kalau penyebab kebakaran, diduga karena adanya pemburu liar saja di hutan, yang sengaja membuang percikan api. Lahan gambut yang kering mudah terbakar," kata Sukatmoko.

Balai TNWK mencatat, karhutla di kawasan Balai TNWK 2023 ini terparah selama tiga tahun terakhir. Setiap tahun terjadi kebakaran hutan tapi tidak meluas seperti sekarang sampai 200 ha. Selain itu, 2023 ini, kemarau panjang yang menyebabkan alang-alang dan tumbuhan liar mulai meninggi dan hijau kembali kering kerontang, dan rentan terhadap percikan api.

Petugas Balai TNWK berharap kepada masyarakat sekitar atau penyanggah hutan Way Kambas untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar lahan dan membuang puntung rokok dan sebaginya di lahan gambut. "Kondisi saat ini, hutan yang kering mudah tersulut api yang sedikit dapat langsung membesar," kata Sukatmoko.

Rencananya, Balai TNWK meminta bantuan pemerintah untuk memadamkan api dengan cari membuat hujan buatan atau penyiraman dari atas. Hal ini karena penyiraman atau pemadaman secara manual sangat tidak efektif dan efisien dikarenakan titik api jauh tidak terjangkau kendaraan mobil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement