REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Gerakan 30 September 1966/Partai Komunis Indonesia (PKI) menyasar enam jenderal dan satu perwira pertama (pama) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Mayat ketujuh Pahlawan Revolusi itu akhirnya ditemukan di sebuah sumur di Lubang Buaya.
Mereka semua yang diculik oleh pasukan Tjakrabirawa merupakan petinggi TNI AD yang tinggal di Jakarta. Pasukan Tjakrabirawa bergerak karena munculnya isu Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Presiden Sukarno. Adapun pasukan Tjakrabirawa adalah personel militer terlatih yang bertugas menjaga RI 1.
Kala itu, posisi tertinggi di TNI AD atau sekarang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) setara dengan jabatan menteri. Sehingga pimpinan tertinggi TNI AD dijabat oleh panglima/menteri.
Berikut daftar korban G30S/PKI:
Letjen Ahmad Yani (jabatan Menteri/Panglima Angkatan Darat)
Mayjen Raden Suprapto (Deputi II Panglima AD Bidang Administrasi)
Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Panglima AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan)
Mayjen Siswondo Parman (Asisten I Panglima AD Bidang Intelijen)
Brigjen Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Panglima AD Bidang Logistik)
Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal AD)
Lettu Czi Pierre Andreas Tendean (Ajudan Menhankam Jenderal AH Nasution)
Ketujuh Pahlawan Revolusi itu mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB). Alhasil, ketika dilangsungkan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965 maka semua pangkat korban yang dibuang di sumur Lubang Buaya tersebut naik satu tingkat lebih tinggi dengan penghargaan Anumerta.
Berikut daftarnya:
Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani
Letjen (Anumerta) Raden Suprapto
Letjen (Anumerta) Mas Tirtodarmo (MT) Haryono
Letjen (Anumerta) Siswondo Parman
Mayjen (Anumerta) Donald Isaac (DI) Panjaitan
Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Kapten (Anumerta) Czi Pierre Andreas Tendean