REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bareskrim Polri masih terus memburu otak peredaran narkoba yang beroperasi di Indonesia, Thailand, dan Malaysia bernama Fredy Pratama. Diduga yang bersangkutan telah menjalani operasi plastik terhadap wajahnya untuk menghindari kejaran aparat penegak hukum.
"Ada kemungkinan dia mengubah wajah muka ya. Ya mau operasi plastik kita gak tau, dia mengubah identitas diri," ujar Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Mukti Juharsa saat dijumpai usai konferensi pers di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Selasa (12/9).
Meski begitu, Mukti memastikan, Fredy adalah orang Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2014, yang bersangkutan masuk daftar pencarian orang (DPO). Namun meski masih buron, Mukti mengeklaim, telah membredeli seluruh jaringan miliknya.
Bahkan, jajarannya telah menangkap pasukannya yang menjaga wilayah penyebaran sabu dan ekstasi di barat dan timur. "Semua asetnya di Kalsel, Jawa Timur, di Jogjakarta, di Kalteng, semua kita sita semua. Di Kalsel semua habis (aset) dan Bali," tutur Mukti.
Menurut Mukti, tidak hanya pemalsu identitas, penampung keuangan, dan pengendali keuangan. Total barang bukti yang disita dari jaringan yang terafiliasi dengan kelompok Fredy Pratama sebanyak 10,2 ton sabu.
Perlu diingat barang bukti narkoba dan aset TPPU nilainya cukup fantastis, yaitu sekitar 10,5 T selama 2020-2023. Sehingga dengan demikian, kata Mukti, pihak kepolisian tinggal menangkap Freddy saja. "Jadi lengkap ini, tinggal tangkap dedengkotnya aja, Freddy Pratama," ucap Mukti.