Jumat 08 Sep 2023 07:07 WIB

Peneliti UT Kembangkan AI untuk Meringankan Kerja Dosen

Dengan AI otomatis pemeriksaan bisa ujian mahasiswa lebih objektif waktu lebih cepat.

Rep: Mabruroh/ Red: Gita Amanda
Universitas Terbuka (UT) Gelar Hasil Riset dan Inovasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (GALERI PTJJ) dalam rangka memeriahkan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Tahun 2023, di gedung UTCC Kampus UT, Pondok Cabe, Tangse, Kamis (7/9/2023).
Foto: Republika/Mabruroh
Universitas Terbuka (UT) Gelar Hasil Riset dan Inovasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (GALERI PTJJ) dalam rangka memeriahkan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Tahun 2023, di gedung UTCC Kampus UT, Pondok Cabe, Tangse, Kamis (7/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Artificial Intelligence (AI) atau yang akrab kita sebut sebagai kecerdasan buatan, ini juga sedang dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Terbuka (UT) dan menjadi produk andalan UT. Kecerdasan Buatan besutan UT ini diharapkan akan membantu meringankan pekerjaan para tenaga pendidik atau dosen UT.

“Jadi kami sekarang mengembangkan yang namanya program pemeriksaan menggunakan AI,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Terbuka, Prof Dewi Artati Padmo Putri di UTCC, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (7/9/2023) lalu.

Baca Juga

Dewi menuturkan tenaga pendidik harus menyiapkan soal dan juga jawaban yang kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi tersebut. Sehingga ketika mahasiswa mulai mengerjakan soal, dosen tidak perlu repot lagi untuk memeriksa jawaban satu per satu dari mahasiswa, karena secara otomatis AI akan langsung mensinkronkan apakah jawaban mahasiswa sesuai dengan jawaban yang sudah ada di dalam sistem.

“Jadi dari aplikasi yang dibuat itu kita harus menyiapkan dari satu soal jawabannya apa, itu kita sebut rubrik, disiapkan sedemikian rupa yang lengkap, kemudian ditaruh di aplikasi kami, nah nanti mesin secara otomatis akan mensinkronkan antara jawaban yang dituliskan mahasiswa dengan rubrik jawaban yang sudah ada, nanti akan kelihatan apakah mahasiswa itu menjawab sesuai dengan rubriknya atau tidak, kalau sesuai semuanya yang ada dalam rubrik berarti nilainya bisa 100, tapi kalau ternyata dia  menjawab hanya 60 persen dari yang dirubrik berarti nilainya 60,” ujar Prof Dewi menjelaskan.

Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengaku bersyukur atas inovasi dari para peneliti UT dalam menghasilkan program kecerdasan buatan (AI) yang bisa membantu meringankan pekerjaan dosen-dosen UT. Bayangkan kata dia, jika dosen-dosen ini harus memeriksa 100-200 lembar jawaban dari para mahasiswa, tentu ini sangat melelahkan dan menyita waktu. Selain itu juga, kata dia, jika dikerjakan secara manual bisa terpengaruh oleh unsur-unsur jobdestifitas.

“Kalau dikerjakan oleh orang secara manual, yang memungkinkan ada unsur jobdestifitasnya atau tidak, kan memeriksa dalam jumlah yang sangat besar 100-200 kan mata kita jereng juga ya, fokusnya juga turun. Nah dengan menggunakan mesin ini (AI), otomatis semua bisa lebih objektif, waktu bisa lebih singkat, uang yang dikorbankan lebih sedikit. Itu keren sekali menurut saya, bahkan bisa diintegrasikan dengan aplikasi yang bisa mendeteksi kecurangan mahasiswa ketika dia kerja sama dengan mahasiswa lainnya, kemiripan jawaban, itu bisa dideteksi juga melalui AI. Itu sangat dibutuhkan untuk pendidikan masa depan,” ujar Prof Ojat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement