Kamis 07 Sep 2023 19:59 WIB

Kepala BNN: Penggunaan Narkotika di Kalangan Mahasiswa Meningkat, Kasus Terbanyak di Sumut

Peningkatan penggunaan narkotika di kalangan mahasiswa sejak 2021.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Badan Narkotika Nasional(BNN) Republik Indonesia Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose menyebutkan tingkat penggunaan narkotika di kalangan mahasiswa di Indonesia mengalami peningkatan sejak 2021. Menurut Golose, mahasiswa di Sumatera Utara menjadi yang paling banyak menggunakan narkotika.

"Hasil prevalensi dari sebelum 2019 itu 1,1 persen. Kemudian sesudah 2021 itu 1,38 persen pelajar dan mahasiswa menggunakan narkotika di Indonesia," kata Golose saat memberikan kuliah umum kepada ribuan mahasiswa Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Bali, Kamis (7/9/2023).

Baca Juga

Kepala BNN RI itu tidak menyebutkan secara rinci angka perbandingan setiap daerahnya dan juga jenis narkoba yang paling banyak digunakan. Dirinya menyatakan bahwa data tersebut merupakan hasil penelitian BNN RI.

"Dari nilai privalensi tertinggi yang kami hitung itu Sumatera Utara berdasarkan penelitian," kata dia.

Karena itu, sebagai leading sector pemberantasan narkotika, BNN RI terus menggelorakan program pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (P4GN) termasuk salah satunya adalah program kampus bersinar (bersih narkotika). Menurutnya, upaya pencegahan dengan pendekatan soft power approach sangat penting dan mendesak mengingat dari 1.212 jenis narkotika yang ada di dunia, 92 jenisnya sudah beredar di Indonesia. Hal itu diperparah lagi dengan munculnya narkoba jenis baru (new psychoactive substances/NPS).

"Ini menjadi konsen saya. Saya safari ke seluruh ke perguruan tinggi di Indonesia karena rasa kecintaan saya untuk generasi muda karena privalensi, peredaran narkotika cukup tinggi. Kita harus melakukan pendekatan lunak terutama mulai dari mahasiswa dan mahasiswi," kata Golose.

Karena itu, Golose mengaku tidak kaget ketika dalam sesi diskusi dengan 1.800 mahasiswa baru Undiknas, ada beberapa yang memberi kesaksian pernah terjerumus dalam jual beli narkotika baik sebagai pengguna maupun sebagai pemakai. Golose pun mengapresiasi beberapa mahasiswa yang akhirnya sadar dan berhenti untuk masuk dalam peredaran gelap barang terlarang tersebut.

"Ini forum akademik, banyak yang katakan pernah terpengaruh narkotika berarti itu jujur. Kita tidak boleh menghukum, menjauhi mereka. Kita harus membina mereka. Bagi kami itu bukan masalah, bukan menjadi musuh. Musuh kita yang perlu kita miskinkan adalah bandar-bandar narkotika yang merusak generasi muda," katanya.

Golose pun meminta mahasiswa yang telah terpengaruh narkotika menjalankan program rehabilitasi di rumah BNN dan berani untuk menolak tawaran menggunakan narkotika apalagi sebagai kaum terpelajar.

"Anak-anak ini harus kita selamatkan. Kalau kita lihat pengalaman-pengalaman tadi, mereka dipengaruhi. Ini tanggung jawab bersama untuk mengkampanyekan lawan narkotika, melindungi masa depan generasi bangsa," kata dia.

photo
Lingkaran Narkoba Teddy Minahasa - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement