Senin 04 Sep 2023 19:29 WIB

Demokrat Dinilai Bisa Bentuk Poros Baru dengan PPP dan PKS yang tak Dianggap Koalisinya

PPP disebut tak dianggap PDIP, sedangkan PKS tak dianggap Nasdem dan PKB.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) didampingi jajaran pengurus dan kader menyampaikan konferensi pers di kanto DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam keterangannya AHY mengatakan bahwa Partai Demokrat sudah bukan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan sekaligus bersiap membuka ruang komunikasi dengan koalisi yang sudah ada saat ini. Selain itu AHY juga mengucapkan selamat kepada Capres Anies Baswedan dan Cawapres Muhaimin Iskandar usai mendeklarasikan sebagai pasangan Capres dan Cawapres pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) didampingi jajaran pengurus dan kader menyampaikan konferensi pers di kanto DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam keterangannya AHY mengatakan bahwa Partai Demokrat sudah bukan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan sekaligus bersiap membuka ruang komunikasi dengan koalisi yang sudah ada saat ini. Selain itu AHY juga mengucapkan selamat kepada Capres Anies Baswedan dan Cawapres Muhaimin Iskandar usai mendeklarasikan sebagai pasangan Capres dan Cawapres pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai Partai Demokrat tidak akan mudah membentuk poros baru atau poros keempat untuk menghadapi Pilpres 2024. Peluang terbentuknya koalisi baru ini ada pada Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Demokrat bisa membentuk poros baru. Tapi itu tidak akan mudah. Perlu perhitungan dan lobi-lobi yang matang dengan PPP dan PKS," kata Najmuddin, Senin (4/9/2023).

Baca Juga

PPP disebut bisa saja berkoalisi dengan Demokrat karena partai berlambang Ka'bah tersebut merasa tidak dianggap penting bagi PDIP. PDIP dapat mengusung Ganjar Pranowo tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Sedangkan kader baru yang menjabat sebagai Badan Pemenangan Pemilu PPP, yakni Sandiaga Salahudin Uno dinilai sangat berambisi ikut lagi kontestasi pilpres. Sementara PKS yang mengaku masih berkomitmen bersama Nasdem dan PKB mendukung Anies Baswedan dinilai rentan hengkang menyusul Demokrat.

Karena PKS juga dianggap tidak terlalu berarti bagi Nasdem dan PKB yang telah mantap dengan pasangan Anies-Muhaimin. Tapi yang jadi persoalan menurut Najmuddin apakah Sandiaga dari PPP mau hanya menjadi cawapres mendampingi AHY. Atau PKS hanya sebagai pelengkap dari koalisi baru tersebut.

Untuk lebih realistis, Najmuddin menyarankan Demokrat bergabung saja dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Prabowo bersama Gerindra, PAN, dan Golkar. Dimana bila berhasil memenangkan Prabowo, AHY masih dapat mengamankan jatah kursi menteri.

Lalu tambah Najmuddin, Demokrat juga punya kans merapat ke PDIP mendukung Ganjar karena sebelumnya sudah terjalin komunikasi politik yang cukup intens antara AHY dan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani.

"Tinggal bagaimana menghangatkan lagi hubungan SBY (Ketua Majelis Tinggi Demokrat) dengan Megawati (ketua Umum PDIP). Dua tokoh ini diketahui masih belum akur sejak Pemilu 2004," ujar Najmuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement