REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan pentingnya peran ibu untuk memberikan ASI eksklusif, utamanya dalam masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau usia 0-24 bulan.
"Mayoritas ibu mengapa tidak menyusui, alasannya itu ASI tidak keluar, sebetulnya alasan itu tidak bisa kita terima, padahal tidak keluarnya itu karena kita sendiri yang tidak sering memberikan ASI. Jadi, harus sesering mungkin memberikan ASI. Bahasa sederhananya, begitu bayi menangis, harus segera disusui," kata Hasto dalam diskusi Kelas orang tua hebat (Kerabat) yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Ia memaparkan, ketika memberikan ASI, ada hormon yang dikeluarkan dari otak perempuan, yakni oksitosin dan prolaktin.
"Ketika hormon oksitosinnya keluar, maka air susunya memancar, dan ketika hormon prolaktinnya keluar dari otak, maka produksi susunya meningkat, dengan kata lain, kalau putingnya tidak pernah disedot oleh bayinya, maka otaknya tidak memproduksi hormon tersebut, jadi berhenti air susunya," ujar dia.
"Tuhan itu sudah memberikan solusi yang praktis, sehingga kita bisa mendapatkan sumber air susu yang baik dan murah, tanpa kita harus membayar," lanjutnya.
Ia menjelaskan, pembentukan organ (organogenesis) tubuh bayi dimulai sejak di dalam rahim, dan masa tersebut merupakan masa-masa emas bagi anak.
"Organogenesis itu tercipta sejak dalam rahim, sampai kemudian selesai dalam kehamilan sebulan hingga dua bulan, itu merupakan masa-masa emas, itu harus benar-benar diperhatikan," ucapnya.
Ia juga menekankan agar orang tua memperhatikan jarak atau masa kehamilan agar anak yang lahir sehat.
"Kalau mau hamil lagi, ingat hamilnya harus direncanakan dengan baik, supaya anaknya tidak cacat, supaya tidak stunting, sehat, karena pembentukan organ itu selesai dalam waktu dua bulan pertama kehidupan di dalam rahim," kata dia.