Selasa 08 Aug 2023 16:58 WIB

BNPB Sebut Bencana Karhutla Sudah Dominan Tetapi Durasi Masih Pendek

60 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kering.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Kondisi sawah yang kekeringan di Citeras, Lebak, Banten, Kamis (3/8/2023). Puluhan hektar sawah di kawasan tersebut selama sebulan terakhir mulai mengalami kekeringan hingga mengakibatkan gagal panen.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Kondisi sawah yang kekeringan di Citeras, Lebak, Banten, Kamis (3/8/2023). Puluhan hektar sawah di kawasan tersebut selama sebulan terakhir mulai mengalami kekeringan hingga mengakibatkan gagal panen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini sudah semakin dominan terjadi di Indonesia. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, hal ini karena bersamaan dengan selesainya periode hujan pendek di musim kemarau.

Muhari mengatakan, BMKG menyebut sekitar 60 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kering. Sedangkan, 40 persen wilayah lainnya belum masuk musim kemarau karena masih dipengaruhi beberapa faktor regional sehingga masih terdapat hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan beberapa kawasan terjadi banjir.

Baca Juga

"Kita melihat dominasinya itu sudah hampir dominan sekali kebakaran hutan dan lahan dan cuaca ekstrem tanpa hujan. Ini memang sesuai dengan prediksi BMKG bahwa bulan Agustus ini kita akan menghadapi puncak musim kemarau yang efeknya mungkin masih akan sampai di September hingga Oktober nanti," ujar Muhari dalam keterangannya seperti dikutip pada Selasa (8/8/2023).

Namun demikian, Muhari menyebut durasi lahan yang terbakar masih pendek dan singkat. Muhari menjelaskan, pendeknya durasi kebakaran hutan ini menandakan kesigapan petugas untuk segera menangani kebakaran begitu terjadi titik api.

"Durasi kejadian kebakaran lahan ini masih singkat, artinya terjadi kebakaran pagi, siangnya sudah tertangani atau maksimal maksimal dalam 24 jam itu sudah selesai," ujarnya.

Muhari mengatakan, kejadian bencana yang perlu dikhawatirkan adalah ketika durasi panjang. Hal ini karena api yang melahap tanaman gambut ini biasanya masih terbakar meski sudah dipadamkan dan menimbulkan kepulan asap.

"Yang kita khawatirkan sebenarnya masalahnya adalah ketika api melahap kawasan gambut itu durasinya panjang. Karena gambut ini dalam, begitu dia terbakar di atas dia akan turun ke bawah. Sehingga, meskipun kita padamkan yang di atas biasanya yg di bawahnya belum padam. Ini yang menyebabkan bencana asap, asap yang menjadi permasalahan nggak cuma di kita tetapi di tahun-tahun lalu sampai ke negara tetangga," ujarnya.

Muhari menyampaikan, kejadian karhutla di wilayah Kalimantan didominasi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. Sedangkan Sumatera biasanya didominasi di Riau, Jambi dan Sumatra Selatan dan mulai merembet ke Aceh.

"Di Aceh hampir setiap hari meski tidak dilaporkan secara resmi tapi teman-teman BPBD selalu menyampaikan bahwa terjadi kebakaran di Aceh Besar, Aceh Tengah dan lain-lain yang memang durasinya cuma 3-4 jam tapi meskipun demikian kita mencatat itu sebagai tren yang mesti diwaspadai," ujarnya.

Sedangkan, di Pulau Jawa, lanjut Muhari, dilaporkan kondisi kekeringan mulai melanda di beberapa kabupaten-kota. Menurut dia, Jawa Tengah sudah menyampaikan 16 kabupaten/kota yang sudah mulai didistribusikan air bersih karena penduduknya sudah sangat kesulitan air bersih.

"Kita harus berpikir bahwa kita masih ada paling tidak dua bulan ke depan yang harus kita waspadai, dan cadang-cadangan air bersih yang masih ada di waduk, danau embung dan lain-lain memang bener-bener harus kita hemat untuk sampai dua bulan ke depan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement