REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Aksi personel Brimob Polda Sumbar masuk ke Masjid Raya Sumatra Barat, Kota Padang, tanpa membuka sepatu saat mengusir warga pendemo asal Air Bangis, Kabupaten Pasaman, pada Sabtu (5/8/2023) menuai pro dan kontra.
Apalagi aksi ini terekam video dan viral di sosial media di mana ada personel polisi yang menginjak karpet sajadah. Hamzah (24 tahun) seorang warga yang menyaksikan kejadian tersebut mengatakan polisi masuk ke lantai satu masjid tempat warga asal Air Bangis istirahat dan tidur selama demo berhari-hari.
Hamzah menyebut ruangan lantai satu Masjid Raya Sumatra Barat biasanya digunakan sebagai aula. Tidak lagi dipakai sebagai ruang sholat. Sedangkan ruangan yang dipakai untuk sholat adalah di lantai dua yang sama sekali tidak diperbolehkan untuk tidur.
"Hari Sabtu sekitar pukul 4 sore, polisi mulai memaksa mereka (pendemo yang menginap di aula Masjid Raya Sumbar) keluar. Polisi terlihat membawa senjata pelontar gas air mata dan tidak membuka sepatu," kata Hamzah, kepada Republika, Senin (7/8/2023).
Hamzah menyebut sajadah yang terinjak-injak oleh petugas itu memang bukan sajadah yang dipakai untuk sholat. Itu adalah sajadah cadangan atau yang tidak dipakai lagi oleh pengurus masjid, namun dijadikan alas tidur bagi warga pendemo yang menginap di sana sejak Senin pekan lalu.
"Tapi walau itu bukan tempat sholat, petugas kan sudah melewati batas suci yang harus buka alas kaki. Warga yang menginap di sana itu walau mereka tidur dan istirahat di dalam, mereka meletakkan alas kaki di luar," ujar Hamzah.
Hamzah menjelaskan upaya pemulangan ratusan bahkan ribuan warga Air Bangis yang demo di Padang dan menginap di Masjid Raya Sumbar ini sudah dilakukan sejak Jumat (4/8/2023). Bahkan Wakil Bupati Pasaman Barat, Risnawanto sudah mengeluarkan imbauan warganya untuk pulang ke rumah.
"Kepada saudara-saudara kami sangat berharap dan bermohon untuk kembali ke rumah masing-masing," kata Wabup Pasbar, Risnawanto, melalui rekaman video.
Hamzah menyebut pada Jumat malam tersebut sudah ada 4 bus yang tiba di kawasan Masjid Raya Sumbar untuk menjemput warga. Ada bus bertuliskan Pemkab Pasaman Barat dan ada bus Pemprov Sumbar. Tapi bus tersebut pergi lagi tanpa mengajak warga pulang.
Keesokannya, Sabtu (5/8/2023) bus datang lagi sebanyak 12 unit. Siang hari itu juga sekitar pukul 11.00 WIB, Masjid Raya Sumbar didatangi Kapolresta Padang beserta jajaran dan personilnya. Wakil Bupati Pasbar, Risnawanto pun ikut hadir untuk menjemput warganya pulang.
Tapi warga enggan pulang karena mereka masih ingin menyampaikan aspirasi terkait polemik lahan di Air Bangis belum tersampaikan ke Gubernur Sumbar, Mahyeldi.
Jadi diutuslah 20 orang perwakilan warga pendemo untuk berdialog ke Kantor Gubernur. Sembari menunggu perwakilan berdialog, warga yang menunggu di Masjid Raya Sumbar melantunkan sholawat.
"Jam 4 sore, warga mulai dipaksa keluar. Ada juga warga ditangkap. Teman-teman jurnalis juga sempat ada yang sandera saat merekam video," ujar Hamzah.
Diketahui, sejak Senin (31/7/2023) ratusan warga Jorong Pigoga, Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat melakukan aksi demo di depan Kantor Gubernur Sumbar. Demo ini juga didukung oleh mahasiswa.
Tuntutan pada pendemo adalah meminta Gubernur Sumbar mencabut usulan tentang proyek strategis nasional kepada Menko Kemaritiman dan Investasi, kedua, bebaskan lahan masyarakat Air Bangis dari kawasan hutan produksi.
Ketiga bebaskan masyarakat dari Koperasi KSU ABS HTR Sekunder. Keempat bebaskan masyarakat menjual hasil sawitnya kemanapun.
Warga bertahan hingga Sabtu (5/8/2023) di Padang untuk demo karena merasa tuntutan mereka belum dipenuhi Gubernur Sumbar Mahyeldi. Selama berada di Padang sebagian warga Air Bangis tersebut menginap di pelataran Masjid Raya Sumbar dan di rumah tokoh-tokoh Pasaman Barat yang ada di Kota Padang.
Tidak sedikit anak-anak yang diajak orang tuanya demo ke Padang mengalami demam karena tidur di lantai masjid dan demo dalam kondisi hujan.