Rabu 26 Jul 2023 10:54 WIB

Kuli Bangunan Menangis Bahagia, Anaknya Lolos Jadi Polisi

Dedy Taufiq tak pernah menyangka anaknya diterima jadi polisi.

Rep: Fauzi Ridwan/ Red: Teguh Firmansyah
Zadani Haykal (19 tahun) anak kuli bangunan jadi polisi.
Foto: Dok Republika
Zadani Haykal (19 tahun) anak kuli bangunan jadi polisi.

REPUBLIKA.CO.ID BANDUNG -- Zadani Haykal (19 tahun), anak dari Dedy Taufiq seorang kuli bangunan di Kampung Cipicung, Baleendah, Kabupaten Bandung, berhasil lolos seleksi menjadi polisi di Polresta Bandung. Ia yang mengikuti seleksi bintara tahun 2023 saat ini tengah menjalani pendidikan kepolisian.

Orang tua mereka, yaitu Dedy Taufiq dan Fitriani, tidak menyangka dengan hasil yang didapat oleh anaknya. Sempat pesimistis dan ragu karena kondisi ekonomi. Namun, kini mereka bersyukur Haykal berhasil lolos seleksi penerimaan polisi.

Baca Juga

Dedy mengaku bersyukur anaknya diterima di kepolisian. Baginya, hasil yang didapat oleh anaknya merupakan hadiah dari Allah Swt yang tidak disangka.

"Gak bisa diungkapkan, saya sambil menangis aja, yang pasti perasaannya sangat bangga sekali dapat kabar anak saya lulus jadi polisi, mengingat perjuangan dia selama ini saya sangat menyaksikan sekali," ucap dia, Rabu (26/7/2023).

Ia mengaku tidak pernah bermimpi anaknya bakal diterima di kepolisian. Terlebih statusnya hanya sebagai seorang kuli bangunan.

"Tidak sama sekali menyangka, kalau kata peribahasa, mimpi pun saya kayaknya enggak, saya hanya sebatas ini, seorang pekerja bangunan," ucap dia.

Dedy melihat anaknya tersebut memiliki tekad yang kuat untuk menjadi anggota polisi. Ia menuturkan anaknya sempat mengikuti seleksi pada  2022. Namun, gugur dan mengikuti kembali tahun 2023 hingga akhirnya diterima.

"Dari kecil dia memang cita-citanya mau jadi polisi, dari TK juga dia bilang mau jadi polisi katanya. Kalau menurut dia, jadi polisi itu gagah katanya," kata dia.

Dedy mengaku selama menjalani seleksi penerimaan polisi tidak sepeser pun membayar. Ia mengatakan yang dipersiapkan anaknya, yaitu pelatihan fisik dan mental. "Kalau untuk hal bayar membayar saya tidak merasa membayar sepeser pun," kata dia.

Ia pun merasa bangga sebab anaknya tidak malu mengikuti seleksi meski salah satu sepatunya sudah dalam kondisi bolong dan harus ditambal. Anaknya juga rajin menabung untuk operasional sehari-hari menyisihkan saat bekerja beberapa waktu lalu. "Kalau saya gak ada yang istimewa, yang paling kuat mah doa," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement