REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMAN 2 Kota Bekasi mengaku kedatangan tamu tak diundang mengatasnamakan sebagai pendamping warga. Di antara mereka yang datang bahkan ada dari kalangan politisi.
Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Bekasi Solihan mengaku kerap didatangi tamu tak diundang saat pembukaan PPDB dimulai. Solihan menceritakan, pada 10 Juli 2023 lalu dia didatangi orang yang mengaku namanya Ayatullah, sebagai ketua Aliansi Rakyat Peduli Pendidikan Nasional (Ardin).
"Dia bilang begini pada saat pengumuman tanggal 10 jam dua tepat datang. Si Ayatullah itu mengaku saya pendamping warga," kata Solihan.
Solihan pun bertanya kepada Ayatullah. "Siapa warganya," katanya.
Setelah ditanya siapa warganya, Ayatullah memperkenalkan Budi Somasi. Belakangan ini, Solihan mengetahui bahwa Budi Somasi adalah calon legislatif (caleg) dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Setelah memperkenalkan diri kepada Solihan, Budi Somasi bercerita bahwa anaknya yang tinggal di RT/RW sekitar sekolah SMAN 2 di Jl. Tangkuban Perahu Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan ini tidak lolos verifikasi PPDB.
"'Pak, Saya ini di RT 15 RW 16 mental nggak dapat. Padahal tetangga saya anak RT 6 RW 16 itu dapat. Nama RT-nya Syarif'" kata Solihan menirukan Budi Somasi.
Saat ditanyakan berkas-berkasi PPDB, menurut Solihan, Budi Somasi tiba-tiba marah sambil menggebrak meja. Akhirnya karena situasi tidak kondusif, oleh teman sejawatnya Solihan diminta meninggalkan tamu yang tak diundang itu.
"Karena situasi tidak kondusif, maka teman saya narik saya ke atas dengan alasan briefing," katanya.
Setelah itu dia tak mengetahui lagi nasib anak yang disebut Budi Somasi tidak bisa masuk sekolah SMAN 2 Bekasi. Solihan, mengaku semua tamu dia terima baik untuk memberikan masukan terkait PPDB.
"Siapa pun datang ke sini saya terima. Dia bertanya tentang kenapa ini masuk dan ini tidak, saya jelaskan," katanya.
Dua hari setelah kejadian Budi Somasi marah-marah di SMAN 2 Bekasi, Solihan dihubungi orang yang mengatasnamakan Yayat sebagai Kasat intel Polsek Bekasi Selatan. Yayat memberikan surat panggilan polisi untuk dihadiri Solihan.
Solihan menceritakan, setelah itu, pada malam harinya, dia telpon Plt Kepala Sekolah supaya membuka file atas nama Alfin Marino. Solihan mengaku siap melaksanakan perintah.
"Kemudian tadi pagi sebelum demo datanglah Krimsus dari Polres Metro Bekasi Kota, kemudian saya diintrogasi ditanya macam-macam," katanya.
Setelah bertanya-bertanya kepada Solihan, penyidik itu minta membuka salah satu data atas nama Alfin. Karena tidak punya username PPDB, Solihan minta stafnya untuk membuka data Alfin.
"Karena itu bidang verifikator maka saya panggil orangnya. Dibukalah data-data anak itu dan memang data-data yang dimaksud itu sesuai dengan SOP," katanya.