Senin 03 Jul 2023 15:47 WIB

Tiga Cara Menyelesaikan Masalah Al Zaytun Menurut Mahfud

Hari ini, Panji Gumilang memenuhi panggilan Bareskrim Polri.

Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang tiba untuk memenuhi panggilan penyidik Bareskrim Polri di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (3/7/2023). Panji diperiksa Dittipidum Bareskrim Polri untuk dimintai klarifikasi dalam rangka penyelidikan terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilaporkan Ketua Umum DPP Forum Advokat Pembela Pancasila M Ihsan Tanjung.
Foto:

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri pada hari ini menjadwalkan pemanggilan pengasuh Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang. Panji Gumilang dikonfirmasi sudah berada di Jakarta dan dipastikan bakal menghadiri penggilan penyidik Bareskrim Polri.

"Sudah konfirmasi, yang bersangkutan sudah berada di Jakarta dan bersedia untuk dilaksanakan pemeriksaan dalam rangka penyelidikan. Adapun yang bersangkutan akan menyampaikan sekitar jam 13.00-14.00 WIB akan berada di Bareskrim," ujar Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, Senin (3/7/2023).

Menurut Djuhandhani, Panji Gumilang dipanggil untuk klarifikasi dalam rangka penyelidikan, terkait penistaan agama yang dilaporkan. Kemudian yang bersangkutan juga akan memberikan keterangannya kepada penyidik. Saat ini penyidik sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan klarifikasi terhadap saksi.

"Kepada (saksi) ahli untuk membuktikan apakah perkara-perkara ini bisa dilaksanakan penyidikan lebih lanjut. Saat ini yang bersangkutan sudah berada di Jakarta dan akan memenuhi panggilan dari Bareskrim," tutur Djuhandhani.

Panji Gumilang memang memenuhi panggilan Bareskrim. Ia tiba di gedung Bareskrim Polri, Jakarta, sekitar pukul 14.52 WIB dengan pengawalan ketat oleh pengawalnya.  Bahkan akibat, pengawalan yang ketat tersebut menimbulkan kericuhan saling dorong, dan awak media dilarang mendekat ke Panji Gumilang untuk meminta komentar.

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Panji Gumilang saat ditanya oleh sejumlah awak media yang telah menunggu sedari pagi. Justru terdengar teriakan dari pengawalnya yang mengatakan bahwa Panji Gumilang datang diperiksa hanya sebagai saksi.

“(Panji Gumilang) Masih sebagai saksi,” teriak salah satu pengawalnya.

Dalam program Kick Andy Double Check yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta belum lama ini, Panji Gumilang memberikan klarifikasinya. Dalam program tersebut, wartawan senior Andy Flores Noya, meminta komentar Panji Gumilang tentang stigma yang berkembang di masyarakat tentang Ma'had Al Zaytun mengajarkan aliran sesat.

Menurut Panjii, yang memberikan tuduhan-tuduhan tentang MAZ mengajarkan aliran sesat adalah yang menganggap dirinya punya wewenang. Panji memaparkan, bahwa ajaran di Al Zaytun justru menggunakan kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan yang semua jenjang pendidikan mendapatkan akreditasi A unggul. 

"Kalau kita pikir ajaran di Al Zaytun ada kurikulum, kurikulum jelas, kurikulum departemen agama, kurikulum diknas, kita combine. Dan itu mendapatkan akreditasi A unggul, tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat atas akreditasinya A unggul. Kalau itu sebuah ajaran sesat dari dulu sudah out," kata Panji Gumilang.

Sementara itu terkait soal pelaksanaan sholat Id  di Ma'had Al Zaytun yang terdapat wanita di barisan depan atau pada shaf jamaah laki-laki, menurut PG, dirinya mengendepankan fiqih sosial mengangkat harkat martabat wanita.

"Kemudian kalau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan sholat kemudian ada wanita, saya mengedepankan fiqih sosial mengangkat harkat martabat wanita yang selama ini terpinggirkan, baru dimulai dalam politik. Itupun baru 30 persen. Sedangkan pemahaman yang saya punya berdasarkan Alquran sama. Innal muslimina, wal muslimat, wal mu'minina wal muminat wal qonitin wal qonitat. Tidak pernah dikesampingkan, sejajar, nah kalau soal itu saja lantas sesat menyesatkan bagaimana dunia? Itu hak asasi manusia untuk menjalankan ibadah menurut keyakinannya dasar kami Alquran," katanya.

Andy F Noya pun menanyakan tentang cara Panji Gumilang menafsirkan ayat yang berbeda dengan kebanyakan ulama ahli tafsir. 

"Jangan cari persamaan, kalau persamaan semua selesai dunia ini. Dunia berpikir itu terus berkembang. Berkembang berkembang begitu juga kita memahami Alquran bukan menafsir, memahami. Itu anggapan yang tidak sama dengan anggapan kita, oke-oke saja wong saya juga tidak menyalahkan orang itu. Inilah kebebasan beragama. Siapapun tidak boleh memberikan stigma," katanya. 

Panji Gumilang mengatakan bahwa dirinya menanamkan kepada santri-santrinya untuk mencintai negaranya agar bisa memahami ajaran agama dengan baik. 

"Kalau kurikulum berjalan, tapi kita memberikan semangat kepada para pelajar dengan bimbingan agar rohnya ini punya kemerdekaan, agar pikirnya punya kemerdekaan, agar ilmunya punya kemerdekaan, sehingga apa yang dikhayalkan untuk menuju dunia baru bahagia akan ketemu. Agama itu pribadi tidak boleh dicampur dengan yang lain-lain. Dan saya tidak pernah menistakan orang yang punya kelaziman itu," katanya.

 

photo
Infografis Al Zaytun - (Dok Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement