Jumat 23 Jun 2023 22:49 WIB

Survei Segara Institute: MBKM Buat Mahasiswa Semangat untuk Lulus

MBKM juga dinilai efektif dalam mengembangkan soft skill dan hard skill.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam peluncuran Merdeka Belajar.
Foto: Dok. BKHM Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam peluncuran Merdeka Belajar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Segara Research Institute memublikasikan hasil riset terkait pencapaian dan tantangan program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM). Di mana, dari sana didapatkan secara umum semua pihak cukup gembira dengan pengimplementasian program tersebut, tapi juga ada catatan yang perlu diperhatikan seperti mengintensifkan sosialisasi program.

“Secara umum, semua pihak happy dengan implementasi program ini, baik mahasiswa, dosen, pimpinan perguruan tinggi hingga para mitra dari dunia usaha. Namun demikian, mereka juga memberikan sejumlah catatan untuk perbaikan program ini ke depan,” kata Direktur Eksekutif Segara Research Insitute, Piter Abdullah, dalam paparannya secara daring, Jumat (23/6/2023).

Hasil survei terbagi menjadi tujuh parameter. Pertama, profil soft skills dan hard skills mahasiswa dalam perspektif pimpinan, dosen, dan mahasiswa. Kedua, persepsi soft skills dan hard skills mahasiswa oleh dunia kerja. Ketiga, pelaksanaan MBKM di perguruan tinggi. Keempat, manfaat MBKM bagi perguruan tinggi. Kelima, manfaat MBKM bagi dosen. Keenam manfaat MBKM bagi mahasiswa. Ketujuh manfaat MBKM bagi mitra.

Dengan menggunakan skala tujuh, mulai dari satu sangat tidak terampil hingga tujuh sangat terampil, hasil survei menunjukkan, rata-rata penilaian pimpinan dan dosen perguruan tinggi terhadap soft skills mahasiswanya adalah lima dengan skill tertinggi yang diraih adalah collaboration skills dan yang terendah pada aspek problem solving

Sementara itu, rata-rata penilaian hard skills dosen dan pimpinan terhadap mahasiswa juga memiliki rata-rata lima. Skor tertinggi diraih penilaian terhadap computer skills mahasiswa dan yang terendah adalah writing skills.

“Dengan menggunakan skala likert yang sama, satu sangat tidak efektif hingga tujuh sangat efektif, stakeholders di perguruan tinggi menilai bahwa salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan soft skills dan hard skills mahasiswa adalah praktik magang wajib,” kata Piter.  

Di sisi lain, berdasarkan perspektif mitra atau dunia kerja, lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki collaboration skills, communication skills, dan problem solving yang baik. Sementara untuk hard skills-nya, mereka menilai bahwa lulusan perguruan tinggi harus terampil dalam computer skill, presentation skill, dan technical skill

“Menurut para mitra, penyebab terjadinya perbedaan standar and ekspektasi terhadap perguruan tinggi di dunia kerja adalah karena pembelajaran PT terlalu teoritis, jiwa semangat anak muda saat ini berkurang sebab segala hal instan, dan kurikulum yang kurang agile dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja,” kata Piter. 

Hasil riset Segara Institute juga mengungkap bahwa stakeholder perguruan tinggi dan mitra menilai program MBKM telah tersosialisasi dengan baik. Kalangan kampus juga mengakui mahasiswa sangat antusias untuk mengikuti program MBKM . 

“Program yang paling diminati mahasiswa adalah magang bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka, dan kampus mengajar. Program-program ini juga menjadi yang paling banyak diikuti oleh mahasiswa dalam survei ini,” kata Piter.  

MBKM juga dinilai efektif dalam mengembangkan soft skill dan hard skill, dengan skor rata-rata enam dari skala likert tujuh. Menurut seluruh stakeholder, soft skill yang paling berkembang adalah i. Sementara untuk hard skill, project management dari pimpinan dan mitra, technical skills dari dosen, dan presentation dari mahasiswa dianggap yang paling berkembang.

Pihak rektorat dan dekanat juga menilai MBKM sangat bermanfaat dalam arti meningkatkan kualitas mahasiswa, menambah jaringan Kerjasama, dan memberi ruang pengabdian bagi civitas akademika perguruan tinggi. Skor rata-rata enam dari tujuh, yakni mulai dari satu sangat tidak setuju hingga tujuh sangat setuju. 

Menurut Piter, yang paling menarik adalah temuan tentang perubahan mindset para mahasiswa setelah mengikuti program MBKM. Mereka juga merasakan dampak positif dari networking dan menjadi lebih semangat untuk segera lulus kuliah.

“Mahasiswa merasa skill yang paling meningkat adalah communication skills, time management, dan problem solving. Sementara untuk hard skill yang paling berkembang adalah computer skills dan presentation skills,” jelas dia.

Mitra juga menilai program MBKM mengasah kemampuan karyawan melalui program mentorship dengan mahasiswa dengan skor rata-rata 6,31 dari tujuh. Selain itu, mereka menilai, program MBKM membuka kesempatan untuk melakukan rekrutmen dini kepada mahasiswa setelah program berakhir. 

Meski mendapatkan banyak apresiasi, riset Segara Institute juga menemukan sejumlah tantangan MBKM agar bisa terus ditingkatkan kualitasnya. Yang paling mendesak adalah mengintensifkan sosialisasi mengingat masih banyak perbedaan pemahaman mengenai program MBKM di kalangan dosen dan mahasiswa.

“Selain itu, penting untuk melakukan penyusunan kurikulum dan metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan mahasiswa, baik soft skills dan hard skills, dengan menambah porsi pembelajaran studi kasus, project, dan metode praktikal lainnya agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” kata Piter. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement